kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Harga Komoditas Merosot, Cermati Rekomendasi Saham Emiten Batubara


Minggu, 25 Juni 2023 / 16:33 WIB
Harga Komoditas Merosot, Cermati Rekomendasi Saham Emiten Batubara
ILUSTRASI. Tambang PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Harga Komoditas Merosot, Cermati Rekomendasi Saham Emiten Batubara.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Batubara menjadi komoditas yang berkinerja cukup buruk sepanjang tahun ini. Per Kamis (22/6), harga komoditas energi ini sudah berada di level US$ 141,50 per ton untuk harga kontrak Agustus 2023. Padahal, harga batubara sempat mencapai puncaknya di level US$ 372 per ton.

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rizkia Darmawan menilai, penurunan harga batubara tidak terlepas dari dinamika supply dan demand global saat ini. Pemulihan ekonomi China yang ternyata lebih lambat dari ekspektasi memengaruhi kebutuhan konsumsi energi domestik, yang berimbas pada batubara.

Rizkia masih memasang sikap wait and see terkait dengan pemulihan ekonomi di China ke depannya, apakah akan terbantu dengan kebijakan moneternya kemarin, dan atau apakah ada stimulus fiskal ke depannya. 

Baca Juga: Beda Arah, Inilah Harga Saham BBCA & PTBA di Perdagangan Bursa Jumat (23/6)

“Dan ini yang menjadi faktor penentu untuk kebutuhan energi China ke depannya yang akan mempengaruhi permintaan batubara juga,” terang Rizkia kepada Kontan.co.id.

Rizkia juga mencermati akan adanya potensi tambahan supply dari Rusia yang terus mengekspor batubaranya, walaupun diekspektasikan jumlah ekspor Rusia tahun ini relatif stagnan dibandingkan tahun lalu.

Di sisi lain, Rizkia berekspektasi permintaan dari India yang masih cukup baik dalam jangka pendek, didukung oleh kebijakan pemerintah India untuk terus menggunakan pembangkit listrik dengan kapasitas penuh dengan menggunakan batubara impor sebagai bahan bakar.

“Melihat dinamika tersebut, kami masih mempertahankan asumsi harga batubara Newcastle rata-rata di 2023 pada level US$ 175,” sambung Rizkia. Angka tersebut mengasumsikan ekonomi China yang relatif belum bertumbuh pada kuartal ketiga 2023, dan agak sedikit membaik di kuartal keempat 2023.

Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) Tebar Dividen Jumbo Rp 12,6 Triliun, Ini Komentar MIND ID

Analis Samuel Sekuritas Indonesia Juan Harahap melihat adanya katalis potensial dalam bentuk stimulus ekonomi, setelah China memutuskan untuk memangkas suku bunga pinjaman jangka menengah menjadi 2,65% (dari sebelumnya 2,75%) dan 7-day repo rate menjadi 1,9% (sebelumnya 2%) untuk meningkatkan likuiditas sektor keuangan.

Selain itu, dia memperkirakan adanya potensi kenaikan harga yang substansial pada kuartal keempat 2023 di saat musim dingin. Datangnya musim dingin diperkirakan akan mengangkat permintaan komoditas energi, termasuk batubara. 

Menurut Juan, China menghasilkan lebih banyak listrik pada paruh kedua, dimana 58% sampai 63% dari output listrik tahunannya dalam lima tahun terakhir dihasilkan pada semester kedua. 

Namun demikian, dia meyakini bahwa harga batubara akan tetap volatil, karena melimpahnya persediaan batubara China, yang pada akhir periode empat bulan pertama 2023 mencapai 52 juta ton. Ini merupakan rekor tertinggi sepanjang masa, dimana berpotensi menekan peningkatan permintaan

Rekomendasi Saham

Juan menyebut, sebagian besar emiten batubara dalam cakupan analisisnya menawarkan yield dividend yang menarik pada tahun 2023, yakni berkisar antara 16% hingga 30%. 

Baca Juga: Transkon Jaya (TRJA) Tebar Dividen Rp 3 per Saham, Berikut Jadwalnya

Usai musim pembayaran dividen, investor kini menunggu kepastian lebih lanjut terkait regulasi badan layanan umum (BLU). Menurut  Juan, ketika peraturan BLU mulai berlaku (yang diperkirakan mulai Juli 2023), PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) akan diuntungkan. 

 

Ini karena kedua emiten tersebut memiliki eksposur ke pasar domestik yang lebih besar

Sedangkan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) kemungkinan akan terkena sedikit dampak negatif dari implementasi BLU.

Juan menyematkan rating netral untuk sektor batubara, dengan ADRO sebagai pilihan utama alias top pick. Pertimbangannya terutama karena diversifikasi bisnis dan neraca ADRO yang kuat. Dia merekomendasikan buy saham ADRO dengan target harga Rp 2.900 per saham.

Baca Juga: Harga Batubara Masih Membara, Capai US$ 175 Per Ton di Akhir Tahun 2023

Selain ADRO, Juan juga merekomendasikan buy saham BUMI dengan target Rp 150 per saham. Sementara itu, rekomendasi hold disematkan untuk PTBA dan ITMG dengan target harga masing-masing Rp 3.500 dan Rp 26.000.

Sementara Rizkia menyarankan investor lebih baik wait and see terlebih dahulu saat ini terkait saham batubara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×