kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.169   31,00   0,19%
  • IDX 7.055   71,46   1,02%
  • KOMPAS100 1.056   15,44   1,48%
  • LQ45 830   13,30   1,63%
  • ISSI 213   1,17   0,55%
  • IDX30 424   7,51   1,80%
  • IDXHIDIV20 510   8,12   1,62%
  • IDX80 120   1,73   1,46%
  • IDXV30 125   0,86   0,70%
  • IDXQ30 141   2,17   1,56%

Harga Komoditas Energi Kompak Menguat di Tengah Meningkatnya Konflik di Timur Tengah


Kamis, 20 Juni 2024 / 05:00 WIB
Harga Komoditas Energi Kompak Menguat di Tengah Meningkatnya Konflik di Timur Tengah
ILUSTRASI. Petugas memasang 'ticket meter' (counter) pada 'meter bank' sebelum kapal Floating Storage Offloading (FSO) Arco Ardjuna Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) melakukan proses lifting minyak ke kapal tanker di perairan utara Subang, Laut Jawa, Jawa Barat, Senin (3/4/2023). FSO Arco Ardjuna yang berkapasitas 1 juta barel minyak tersebut memiliki tugas penting sebagai fasilitas pe?nampung hasil produksi minyak mentah lapangan PHE ONWJ yang selanjutnya dikirim ke oil tanker untuk dibawa ke kilang minyak. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/rwa.


Reporter: Nadya Zahira | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas energi seperti minyak dunia, gas alam, dan batubara saat ini kompak menguat seiring meningkatnya tensi konflik di Timur Tengah. Perang yang berkepanjangan diperkirakan akan mendukung prospek harga komoditas energi.

Presiden Komisioner HFX International Berjangka, Sutopo Widodo, mengamati bahwa minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) bertahan di kisaran US$ 81,5 per barel pada Rabu (19/6) siang.

Ini merupakan level tertinggi dalam tujuh minggu terakhir akibat meningkatnya konflik di Eropa Timur dan Timur Tengah yang menimbulkan kekhawatiran terkait pasokan.

Baca Juga: Konflik di Timur Tengah kembali Memanas, Harga Komoditas Energi Kompak Menguat

Meskipun harga minyak WTI turun tipis 0,26% menjadi US$ 81,3 per barel pada Rabu (19/6) pukul 16.30 WIB berdasarkan data Trading Economics, Sutopo menjelaskan bahwa penurunan ini hanya bersifat sementara.

Menurutnya, prospek harga komoditas energi, khususnya minyak dunia, masih positif ke depannya.

Lebih lanjut, Sutopo menambahkan bahwa serangan pesawat tak berawak Ukraina di Rusia yang menyebabkan kebakaran di terminal minyak di sebuah pelabuhan utama, serta peringatan dari pejabat tinggi Israel akan kemungkinan perang besar dengan Hizbullah Lebanon, turut mempengaruhi potensi penguatan harga minyak.

“Harga minyak baru-baru ini juga didukung oleh perkiraan pertumbuhan permintaan global yang kuat. OPEC, Badan Energi Internasional (IEA), dan Energy Information Administration (EIA) AS memperkirakan pertumbuhan permintaan minyak yang signifikan pada paruh kedua tahun ini,” kata Sutopo kepada Kontan.co.id pada Rabu (19/6).

Baca Juga: Surplus Neraca Perdagangan Indonedia Capai US$ 2,93 Miliar Pada Mei 2024

Selain itu, anggota utama OPEC+ seperti Rusia dan Irak menegaskan kembali kepatuhan mereka terhadap kuota produksi, sementara Arab Saudi mengindikasikan kesediaan untuk menyesuaikan produksi sesuai kondisi pasar.

Sutopo juga menyebutkan bahwa data industri menunjukkan persediaan minyak mentah AS meningkat sebesar 2,264 juta barel pada minggu lalu, melebihi perkiraan penurunan sebesar 2,2 juta barel.

Harga batubara Newcastle berjangka juga mengalami kenaikan, berada di atas US$ 135 per ton, sedikit pulih dari level terendah dalam dua bulan sebesar US$ 132 per ton yang dicapai pada Jumat (7/6).



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×