Reporter: Nadya Zahira | Editor: Noverius Laoli
Sutopo menjelaskan bahwa peningkatan ini didorong oleh India, konsumen batubara terbesar kedua di dunia, yang mengalami rekor permintaan listrik tertinggi di wilayah Utara akibat gelombang panas yang terus-menerus.
Sentimen lainnya datang dari Amerika Serikat yang telah memperluas sanksi terhadap industri batubara Rusia. Di sisi lain, Menteri Batubara Federal India, G. Kishan Reddy, mengumumkan rencana untuk mengurangi impor batubara dan meningkatkan produksi dalam negeri.
Gas alam berjangka AS juga mencatat kenaikan, melampaui US$ 2,85 per MMBtu pada Selasa (18/6), mengakhiri penurunan empat hari berturut-turut akibat panas ekstrem yang melanda seluruh negeri.
Baca Juga: Harga Minyak Turun Tipis di Tengah Prospek Permintaan yang Moderat
“Perkiraan rekor suhu panas di awal musim panas di wilayah Timur Laut dan meningkatnya permintaan dari sektor ketenagalistrikan, yang kini menyumbang lebih dari 40% pembangkitan beban dasar, menunjukkan adanya potensi lonjakan permintaan gas alam,” imbuh Sutopo.
Dengan faktor-faktor tersebut, Sutopo memprediksi harga gas alam akan diperdagangkan pada US$ 2,62 USD/MMBtu pada akhir kuartal kedua ini, dan mencapai US$ 3,0 per MMBtu pada akhir tahun 2024.
Untuk harga batubara, ia memproyeksikan akan diperdagangkan pada harga US$ 145,18 per metrik ton pada akhir kuartal kedua, dan mencapai US$ 149,09 per metrik ton pada akhir tahun.
Baca Juga: Program Hilirisasi Sawit Terus Berkembang
Sedangkan untuk harga minyak mentah, Sutopo memprediksi akan diperdagangkan pada US$ 77,50 per barel pada akhir kuartal kedua, dan diproyeksi mencapai US$ 80,00 per barel pada akhir tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News