Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga emas bergerak volatil jelang rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) pada pekan ini. Rilis data inflasi AS memang akan sangat menentukan arah pasar termasuk bagi pergerakan harga emas.
Tim Research and Development Indonesia Commodity & Derivates Exchange (ICDX) mengungkapkan bahwa pelaku pasar saat ini tengah menanti rilis data inflasi AS sebagai petunjuk kebijakan moneter Fed lebih lanjut.
Peningkatan inflasi berpotensi mendorong Bank Sentral AS untuk mengerek kembali suku bunga.
Indeks harga konsumen (CPI) AS dalam tingkat bulanan diproyeksi melandai dengan laju peningkatan 0,1% secara bulanan (MoM) dibandingkan bulan sebelumnya yang meningkat 0,4% MoM.
Baca Juga: Harga Emas Bergerak Tipis, Investor Bersiap Menghadapi Laporan Inflasi AS
Sedangkan secara tahunan, CPI AS bulan Oktober diproyeksi tumbuh 3,3%, lebih rendah dari pembacaan bulan sebelumnya 3,7%. “Emas sensitif terhadap tingkat suku bunga yang tinggi,” ungkapnya kepada Kontan.co.id, Selasa (14/11).
Apabila inflasi dipandang masih tinggi, maka kemungkinan berpotensi membuat The Fed kembali memperketat kebijakan moneternya yang semakin memudarkan daya tarik emas. Namun, ketidakpastian geopolitik akibat perang Israel-Hamas memberikan katalis positif bagi emas sebagai aset safe-haven atau lindung nilai.
Tim Research and Development ICDX melihat saat ini jumlah korban tewas sudah mencapai 11.000 jiwa, sedangkan sekitar 50.000 warga sipil Palestina meninggalkan wilayah utara yang terkepung untuk menghindari terjebak dalam pusat konflik.
Kalau Analis DCFX Andrew Fischer berpendapat bahwa permintaan safe haven terhadap emas telah berkurang seiring konflik di timur tengah mulai mereda. Hal itu pula yang menyebabkan koreksi harga emas lebih dari 3% pekan lalu, di samping sikap hawkish The Fed memberikan tekanan bagi harga emas.
Baca Juga: Harga Emas Spot Stabil di Dekat Level Terendah 3 Minggu pada Senin (13/11)
Peningkatan harga emas baru-baru ini pun dinilai hanya bersifat sementara karena data inflasi AS diperkirakan bakal naik yang bisa semakin menguatkan langkah The Fed untuk mengerek suku bunga. Investor cenderung menanti rilis data inflasi AS malam ini.
"Prediksi saya data inflasi AS nanti malam akan memperkuat USD sehingga mendukung sikap hawkish The Fed,” ujar Fischer, Selasa (14/11).
Laporan Indeks Harga Konsumen (CPI) AS bulan Oktober 2023 diperkirakan akan menunjukkan berlanjutnya penurunan inflasi secara keseluruhan, terutama disebabkan oleh moderasi harga energi. Inflasi diperkirakan mencapai 3,3% yoy pada Oktober, turun dari 3,7% pada September 2023.
Sementara itu, CPI inti diperkirakan akan tetap pada level bulan September yaitu dengan peningkatan sebesar 4,1% dari tahun sebelumnya. Pelaku pasar juga akan memantau data indeks harga produsen AS yang akan dirilis pada Rabu (15/11).