Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas spot diproyeksikan lanjut bullish. Namun, kenaikannya cenderung tertahan akibat aksi ambil untung (profit taking).
Berdasarkan Trading Economics, harga emas berada di US$ 2.776 pada Jumat (24/1) pukul 10.04 WIB. Harganya naik 0,82% dalam 24 jam terakhir, mengakumulasi penguatan 2,73% dalam sepekan.
Analis Dupoin Indonesia, Andy Nugraha mengatakan emas menghadapi aksi profit taking setelah tiga hari berturut-turut mengalami kenaikan lebih dari 2%. Selain itu, pasar juga mulai mengalihkan fokus jelang data klaim pengangguran Amerika Serikat (AS) yang diproyeksikan melonjak ke level tertinggi dalam enam minggu terakhir.
"Selain itu, perhatian pasar juga tertuju pada pidato Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Davos World Economic Forum (WEF), yang berpotensi memengaruhi sentimen global," tulisnya dalam riset, Jumat (24/1).
Baca Juga: Emas Spot Menuju Kenaikan Mingguan ke-4 di Tengah Ketidakpastian Kebijakan Trump
Berdasarkan analisis teknikal, kombinasi candlestick dan indikator Moving Average menunjukkan tren bullish masih mendominasi pergerakan harga emas. Andy memperkirakan bahwa harga emas berpotensi melanjutkan kenaikan hingga mencapai US$ 2.780.
"Namun apabila terjadi reversal, level support terdekat berada di US$ 2.736, yang menjadi batas bawah proyeksi penurunan pada perdagangan hari ini," sambungnya.
Faktor pendukung lainnya datang dari kekhawatiran terhadap rencana tarif Trump yang mendorong permintaan emas sebagai aset safe-haven. Meskipun demikian, pemulihan dolar AS untuk hari kedua berturut-turut memberikan tekanan terhadap emas.
Dolar AS yang lebih kuat didukung oleh kenaikan imbal hasil obligasi AS yang moderat, serta sentimen risk-on di pasar ekuitas, yang mengurangi daya tarik emas sebagai instrumen investasi non-imbal hasil.
Namun, ekspektasi Federal Reserve akan menurunkan suku bunga dua kali tahun ini menjadi katalis yang membatasi penurunan harga emas. Proyeksi tersebut membuat imbal hasil obligasi AS tetap tertekan, sehingga menahan penguatan lebih lanjut pada dolar AS.
"Dalam skenario ini, harga emas berpeluang tetap berada dalam tren bullish jangka menengah," katanya.
Selanjutnya: Ini Pernyataan Terbaru Miliarder Frank McCourt Perihal Rencana Akuisisi TikTok
Menarik Dibaca: Apa Penyebab Gula Darah Tinggi pada Orang yang Tidak Diabetes?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News