Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
Sementara itu, PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) menganggap pergerakan harga sebagai variabel eksternal yang tidak dapat dikontrol.
Oleh karena itu, strategi perusahaan berfokus pada dua faktor utama: optimalisasi produksi melalui pemupukan dan penerapan Good Agricultural Practice, serta optimalisasi infrastruktur untuk menjaga pengiriman produk dalam segala kondisi.
“Target average selling price (ASP) TAPG berada di atas Rp 12.000 per kilogram sangat bergantung pada kondisi supply dan demand di kuartal IV 2024,” ujar Corporate Secretary TAPG, Joni Tjeng.
Joni juga menyoroti tantangan yang dihadapi industri sawit saat ini, seperti larangan impor CPO di sejumlah negara dan gangguan cuaca.
Baca Juga: Permintaan CPO Global Naik, Simak Prospek Kinerja Emiten Sawit
Meskipun saat ini penjualan CPO belum mengalami larangan impor, produsen CPO masih menghadapi tarif dan non-tariff barrier dari negara-negara konsumen, khususnya di Eropa.
Kondisi La Nina diharapkan tidak mengganggu proses panen di perkebunan sawit yang dijadwalkan mencapai puncak panen di kuartal IV 2024, khususnya di Indonesia. “TAPG berfokus pada kesiapan infrastruktur dan diharapkan dapat menjaga performa perusahaan di kuartal IV 2024 menjadi optimal,” paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News