Reporter: Nadya Zahira | Editor: Noverius Laoli
Sementara itu, Panji bilang, perlu diperhatikan bahwa volatilitas pasar kripto dalam jangka pendek juga dipengaruhi terhadap sentimen di pasar, baik dalam industri kripto atau makro, bukan hanya mengacu terhadap peristiwa halving.
Dia menyampaikan, jika melihat apa yang terjadi pada peristiwa halving sebelumnya yaitu di tahun 2012, 2016, dan 2020, terdapat adanya korelasi positif antara harga BTC dan Bitcoin halving, di mana BTC selalu mengalami performa positif ketika beberapa bulan hingga 1,5 tahun setelah halving tersebut terjadi.
Maka, besar kemungkinan sejarah akan kembali terulang, yakni Bitcoin bisa melampaui harga tertinggi sepanjang masa di level US$ 73.768.
Baca Juga: Pelaku Industri Kripto Harapkan Penurunan Pajak Transaksi
Panji menambahkan, dalam menghadapi keragaman sentimen pasar, investor disarankan untuk tetap berhati-hati, melakukan riset mandiri, dan mengikuti perkembangan pasar dengan cermat sesuai dengan profil risiko masing-masing, guna mengambil keputusan investasi yang tepat.
Terlebih dia menilai, dengan mempertimbangkan tingginya permintaan dan minat terhadap Bitcoin, maka spekulasi bahwa harga Bitcoin bisa mencapai US$ 100.000 atau sekitar Rp 1,5 miliar menjelang akhir tahun adalah hal yang masuk akal dan bisa dicapai.
Baca Juga: Bitcoin Rebound di Atas US$ 70.000, Diprediksi Tutup Bulan Maret dengan Positif
Permintaan institusi yang terus meningkat, penggunaan Bitcoin sebagai aset lindung nilai, serta adopsi yang semakin luas dalam berbagai sektor, semuanya dapat menjadi pendorong untuk menjaga tren bullish Bitcoin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News