Reporter: Nadya Zahira | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan Bitcoin (BTC) belum memberikan kepuasan bagi para investor dan trader karena harganya yang cenderung melemah. Berdasarkan CoinmarketCap, harga BTC turun 2,46% menjadi US$ 62.742 dalam 24 jam terakhir.
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur menilai, semakin lama harga BTC mendekati level US$ 60.000, maka semakin besar kemungkinan terjadinya penurunan. Dia menyebutkan, dalam tujuh hari terakhir, harga Bitcoin turun 4,6%, lebih dalam ketimbang kinerja pasar kripto global yang turun sebesar 4,2%.
“Volume perdagangan 24 jam pada Senin (13/5) tercatat sebesar US$ 12,67 miliar, menurun 37% dibandingkan hari sebelumnya,” kata Fyqieh kepada Kontan.co.id, Senin (13/5).
Fyqieh mengatakan, salah satu penyebab utama penurunan harga BTC adalah tindakan Grayscale yang dilaporkan menarik dana arus keluar lebih dari US$ 100 juta. Tindakan ini memiliki dampak signifikan pada kinerja harga Bitcoin yang lamban selama seminggu.
Grayscale Bitcoin Trust (GBTC) tetap menjadi pemain dominan dalam ETF, menunjukkan pengaruh yang dapat menggerakkan harga Bitcoin di pasar.
Sentimen lainnya datang dari data penting seperti Indeks Harga Produsen (PPI) dan Indeks Harga Konsumen (CPI) AS yang akan segera dirilis masing-masing pada tanggal 14-15 Mei. Kedua data inflasi utama kemungkinan besar akan mempengaruhi dinamika pasar kripto, terutama mengingat sentimen pasar yang suram saat ini.
Baca Juga: Pasar Terkoreksi, Peluang Koleksi Bitcoin di Harga Rendah?
Ditambah, komentar yang dibuat oleh pejabat Fed akan memberikan informasi lebih lanjut tentang tindakan kebijakan, yang akan mempengaruhi prospek investor kripto.
“Apalagi kepercayaan konsumen akhir-akhir ini juga menurun, sehingga semakin menambah kekhawatiran terhadap perekonomian,” kata dia.
Di tengah volatilitas pasar kripto, Fyqieh bilang, masalah makroekonomi masih menjadi pemain utama. Bukti lebih lanjut dari kekhawatiran investor dan masih adanya ketidakpastian adalah eksodus modal dari ETF Bitcoin Spot AS. Di samping itu, transaksi on-chain Bitcoin mencapai titik terendah dalam beberapa tahun di tengah ketidakpastian dan ketakutan pasar.
Fyqieh juga mengatakan bahwa sentimen Crypto Fear & Greed Index juga menunjukkan investor sedang menjauh dari pasar. Crypto Fear & Greed Index turun secara signifikan dari posisi minggu lalu, dari 71 menjadi 57, meskipun masih berada dalam kategori Greed.
“Hal ini menunjukkan bahwa investor mungkin mulai mengambil sikap yang lebih hati-hati dan waspada terhadap risiko saat ini,” kata dia.
Fyqieh mengatakan, jika pergerakan Bitcoin berhasil melewati MA-100 dan MA-20, maka ada potensi untuk menguji resistance sebesar US$ 64.000.
Baca Juga: Bukan Saldo Rekening Bank Gemuk, Ini Kriteria Sukses ala Warren Buffett
Namun, ada kemungkinan juga bahwa terjadi death cross di antara MA-20 dan MA-100, yang dapat mengakibatkan Bitcoin kembali turun ke level support sekitar US$ 60.000.
“Analisis teknikal menunjukkan bahwa indikator Stochastic sedang rebound dari kondisi oversold, sementara MACD histogram bar memasuki momentum bullish terbatas. Hal ini menimbulkan spekulasi tentang kemungkinan pergerakan harga Bitcoin ke depannya,” jelas Fyqieh.
Dia mencermati, pergerakan BTC melalui EMA 50 hari dan level resistensi $64,000 dapat menandakan kemungkinan kembalinya BTC ke level resistensi US$ 69.000. Penembusan di atas level resistensi US$ 69.000 akan mendukung pergerakan menuju level tertinggi sepanjang masa US$ 73.808.
Sebaliknya, penembusan BTC di bawah level dukungan US$ 60.365 dapat menyebabkan penurunan di level di bawah US$ 58.000. Dengan pembacaan RSI 14 Harian 43,62, BTC bisa jatuh melewati level US$ 58.000 sebelum memasuki wilayah oversold.
“Sentimen investor terhadap perilisan data inflasi terbaru AS dan pengaruhnya terhadap permintaan pembeli untuk ETF BTC spot AS perlu dipertimbangkan,” pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News