Reporter: Nadya Zahira | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bitcoin (BTC) cenderung bergerak sideways di kisaran harga US$ 50.800-US$ 52.400 seminggu terakhir. Minggu (25/2) pukul 14.45 WIB, BTC bertengger di US$ 51.720, turun 1,64% untuk periode 7 hari terakhir. Namun, Bitcoin masih menguat sebesar 28% dalam periode 30 hari terakhir.
Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha mengatakan bahwa harga Bitcoin menjelang halving cenderung berfluktuasi dan turun. Bahkan, sejak pekan lalu pasar kripto telah melalui goncangan jangka pendek dengan rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS).
Panji mengatakan, penurunan harga Bitcoin disebabkan oleh sejumlah sentimen antara lain Indeks Harga Konsumen (IHK) AS yang naik 3,1% dari tahun sebelumnya pada Januari, turun dari 3,4% pada Desember.
Meski melambat, menurut Panji, angka tersebut masih di atas perkiraan pasar sebesar 2,9%. Selain itu, sentimen lainnya yakni, pada Jumat lalu (16/2), Indeks harga produsen (IHP) AS, yang mengukur harga yang dibayar oleh produsen barang dan jasa domestik, juga ikut mengalami kenaikan 0,3% pada Januari 2024, menunjukkan kenaikan terbesar sejak Agustus 2023.
Baca Juga: Dolar AS Melemah secara Mingguan, Investor Menanti Data Ekonomi
Kemudian, Panji menuturkan bahwa kenaikan harga Bitcoin (BTC) juga tertahan pada pekan ini pasca FOMC meeting minutes pada Rabu (21/2), di mana pejabat Federal Reserve mengindikasikan bahwa mereka tidak terburu-buru untuk menurunkan suku bunga dan menyatakan kehati-hatian dalam mengambil keputusan.
Adapun, saat ini proyeksi peluang penurunan harga Bitcoin dalam waktu dekat juga semakin kecil, di mana hanya terdapat peluang 2,5% penurunan suku bunga di bulan Maret dan 23,8% peluang penurunan suku bunga 25 bps di bulan Mei.
“Sedangkan potensi penurunan suku bunga 25 basis poin dengan peluang sebesar 49,6% mungkin akan terjadi pada Juni 2024, menurut FedWatch Tool dari CME Group pada 23 Februari 2024,” ujar Panji kepada Kontan.co.id, Sabtu (24/2).
Baca Juga: Harga Bitcoin Tengah Tertekan, Apa Penyebabnya?
Lebih lanjut, panji mengatakan bahwa Bitcoin yang bergerak sideways telah memberikan kesempatan untuk sebagian besar altcoin mengalami kenaikan yang signifikan. Di sisi lain, kenaikan BTC berpotensi akan terbatas dalam jangka pendek dengan potensi menuju ke US$ 53.000 -US$ 55.000, jika mampu breakout dari resistance US$ 52.500.
Panji melanjutkan, yang perlu diwaspadai oleh investor yaitu, potensi retracement yang terjadi jika BTC gagal bertahan di atas support psikologis US$ 50.000.
“Jika breakdown level tersebut, maka BTC potensi menuju support selanjutnya di kisaran $48.000.” Tegas Panji.
Dia menyebutkan, bahwa Bitcoin halving keempat, diproyeksikan akan terjadi antara tanggal 20-22 April 2024. Berdasarkan sejarahnya, harga Bitcoin cenderung berfluktuasi menjelang terjadinya halving.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News