kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga batubara tertekan, laba Bukit Asam (PTBA) turun 19,24% tahun lalu


Rabu, 04 Maret 2020 / 13:21 WIB
Harga batubara tertekan, laba Bukit Asam (PTBA) turun 19,24% tahun lalu
ILUSTRASI. Penampungan batubara milik PT. Bukit Asam (PTBA) di Tanjung Enim, Sumatera Selatan (20/5). Laba bersih Bukit Asam (PTBA) turun 19,24% menjadi Rp 4,05 triliun dibandingkan realisasi laba tahun 2018.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) membukukan laba bersih senilai Rp 4,05 triliun sepanjang periode 2019. Capaian laba bersih penghuni Indeks Kompas100 ini turun 19,24% dibandingkan realisasi laba pada tahun 2018 yakni Rp 5,02 triliun.

Padahal, emiten pelat merah ini berhasil membukukan kenaikan pendapatan usaha sebesar 3% menjadi Rp 21,8 triliun. Pada 2018, PTBA mengempit pendapatan usaha senilai Rp 21,2 triliun.

Pencapaian ini didorong oleh kenaikan volume penjualan batubara PTBA. Sepanjang 2019, emiten pertambangan ini berhasil menjual batubara hingga 27,8 juta ton atau naik 13% dari penjualan tahun sebelumnya.

Baca Juga: Gunung Bara diserahkan ke PTBA, TRAM angkat suara protes

PTBA mengklaim, kenaikan volume penjualan didorong oleh adanya ekspansi ke pasar-pasar potensial, seperti Jepang, Hong Kong, Vietnam, Taiwan, dan Filipina. Selain itu, capaian ini juga berkat ikhtiar PTBA untuk merambah pasar-pasar potensial baru seperti Australia, Thailand, Myanmar, dan Kamboja.

Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan, penurunan laba bersih PTBA tidak lepas dari harga batubara yang turun sepanjang 2019. Penurunan ini seiring dengan pelemahan harga batubara Indeks Newcastle sebesar 28% dari US$ 107,34 per ton menjadi US$ 77,7 per ton.

Baca Juga: Ada kesepakatan harga, proyek DME batubara Bukit Asam (PTBA) diteken bulan ini

Pun demikian dengan Indeks Batubara Thermal Indonesia atau Indonesian Coal index (ICI) yang melemah 17%, dari US$ 60,35 per ton menjadi US$ 50,39 per ton pada 2019.

Kenaikan beban juga turut menekan kinerja PTBA sepanjang 2019. Beban pokok penjualan misalnya, naik menjadi Rp 14,18 triliun dari yang sebelumnya Rp 12,62 triliun.

Beban umum dan administrasi PTBA juga meningkat 6,56% dari Rp 1,81 triliun pada 2018 menjadi Rp 1,93 triliun tahun 2019. Di sisi lain, beban penjualan dan pemasaran emiten batubara ini turun 1,48% menjadi Rp 828,87 miliar.

“Besarnya biaya ini seiring dengan peningkatan volume angkutan batubara dan kenaikan biaya jasa penambangan akibat meningkatnya produksi dan rerata stripping ratio pada 2019 menjadi 4,6 bcm per ton,” ujar Arviyan saat paparan kinerja PTBA di Jakarta, Rabu (4/3).

Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) pelajari potensi aset tambang batubara milik tersangka Jiwasraya

Pada 2019, jumlah produksi batubara PTBA naik 10,2% menjadi 29,1 juta ton. Pun begitu dengan kapasitas angkutan batubara yang naik 7% menjadi 24,2 juta ton.

Direktur Niaga Bukit Asam, Adib Ubaidillah mengatakan, capaian kinerja PTBA sepanjang 2019 tidak lepas dari upaya efisiensi yang telah dilakukan. “Jika kami tidak melakukan efisiensi apapun, maka laba bersih diperkirakan bisa turun sampai 28%,” ujar Adib di kesempatan yang sama.

Baca Juga: Pasar terkoreksi, Bukit Asam (PTBA) masih pertimbangkan rencana buyback saham

Adapun ikhtiar yang telah dilakukan PTBA untuk menekan biaya antara lain melakukan operasional tambang di area-area yang memiliki rasio kupas (stripping ratio) yang rendah serta memiliki jarak angkut lapisan pengupasan (overburden removal) yang dekat dengan fasilitas pengangkut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×