Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Beban umum dan administrasi PTBA juga meningkat 6,56% dari Rp 1,81 triliun pada 2018 menjadi Rp 1,93 triliun tahun 2019. Di sisi lain, beban penjualan dan pemasaran emiten batubara ini turun 1,48% menjadi Rp 828,87 miliar.
“Besarnya biaya ini seiring dengan peningkatan volume angkutan batubara dan kenaikan biaya jasa penambangan akibat meningkatnya produksi dan rerata stripping ratio pada 2019 menjadi 4,6 bcm per ton,” ujar Arviyan saat paparan kinerja PTBA di Jakarta, Rabu (4/3).
Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) pelajari potensi aset tambang batubara milik tersangka Jiwasraya
Pada 2019, jumlah produksi batubara PTBA naik 10,2% menjadi 29,1 juta ton. Pun begitu dengan kapasitas angkutan batubara yang naik 7% menjadi 24,2 juta ton.
Direktur Niaga Bukit Asam, Adib Ubaidillah mengatakan, capaian kinerja PTBA sepanjang 2019 tidak lepas dari upaya efisiensi yang telah dilakukan. “Jika kami tidak melakukan efisiensi apapun, maka laba bersih diperkirakan bisa turun sampai 28%,” ujar Adib di kesempatan yang sama.
Baca Juga: Pasar terkoreksi, Bukit Asam (PTBA) masih pertimbangkan rencana buyback saham
Adapun ikhtiar yang telah dilakukan PTBA untuk menekan biaya antara lain melakukan operasional tambang di area-area yang memiliki rasio kupas (stripping ratio) yang rendah serta memiliki jarak angkut lapisan pengupasan (overburden removal) yang dekat dengan fasilitas pengangkut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News