kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Bahan Bangunan Naik, Berikut Cara Waskita dan Acset Mengontrol Biaya Produksi


Selasa, 04 Oktober 2022 / 19:40 WIB
Harga Bahan Bangunan Naik, Berikut Cara Waskita dan Acset Mengontrol Biaya Produksi
ILUSTRASI. Harga bahan bangunan terus meningkat sejak tahun 2021.


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga bahan bangunan terus meningkat sejak tahun 2021. Data BPS menunjukkan, Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) konstruksi naik dari 2,2% secara year on year (YoY) pada Januari 2021 menjadi 6,4% YoY pada Agustus 2022

Senior Industry and Regional Analyst Bank Mandiri Mamay Sukaesih menilai, kenaikan harga bahan bangunan akan berdampak pada kenaikan biaya operasional perusahaan konstruksi. Hal ini akan menambah beban di tengah kondisi leverage ratio perusahaan konstruksi yang tinggi.

Selanjutnya, kondisi ini akan berpengaruh terhadap progres dan kualitas pembangunan infrastruktur. Risiko kenaikan biaya produksi juga kian meningkat seiring kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) mulai 3 September 2022 dan menyebabkan kenaikan biaya transportasi.

Baca Juga: Dana PMN Segera Cair, Adhi Karya (ADHI) Sebut Penggunaannya untuk Bangun 3 PSN

SVP Corporate Secretary PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) Novianto Ari Anugroho mengamini hal tersebut. Ia menyatakan, peningkatan inflasi yang berefek pada kenaikan harga bahan baku material turut dirasakan Waskita.

Mulai dari kenaikan harga pada solar, semen, material baja, asphalt, bahan peledak, pipa baja, hingga kabel. "Harga bahan baku material per Juni 2022 menyumbang 33,19% beban pokok pendapatan WSKT," kata Novianto saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (4/10).

Novianto menyampaikan, saat ini, Waskita masih melakukan evaluasi pada biaya produksi di proyek, termasuk bahan baku, suplier, subkontraktor dan alat-alat proyek. Kemudian, perusahaan melakukan efisiensi pada segala aspek biaya.

Selain itu, Waskita mengajukan kepada pemberi kerja supaya mendapatkan toleransi atau klaim atas kenaikan harga material yang melebihi batas normal pada beberapa material utama, terutama pada proyek multiyears.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham PTPP yang Menargetkan Kontrak Baru Capai Rp 31 Triliun

Klaim ini bisa menjadi rencana pemulihan atas kenaikan harga yang di luar kewajaran. Hal ini juga sejalan dengan Asosiasi Kontraktor Indonesia yang sedang mengusulkan penyesuaian harga terkait kenaikan harga material konstruksi kepada pemerintah.

Untuk menyiasati kenaikan harga bahan baku dan BBM di tengah pengerjaan beberapa proyek strategis nasional, Waskita juga pengoptimalan penggunaan material kontrak payung. "Perusahaan juga melakukan perubahan metode negosiasi (NWR), berupaya terus menerus menaikkan porsi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), selektif dalam pembelanjaan, dan menekan produk impor," tutur Novianto.

Ia menambahkan, Waskita terus fokus dalam percepatan penyelesaian proyek-proyek infrastruktur tol di Jawa dan Sumatra, serta proyek-proyek strategis lainya. Hal ini guna meningkatkan kinerja operasional serta mengimplementasikan delapan arus penyehatan keuangan Waskita.

Perusahaan juga mengakselerasi proses produksi nilai kontrak yang didukung dengan dana modal kerja melalui percepatan penyerapan Penyertaan Modal Negara (PMN) dan pencairan termin proyek.

Baca Juga: Bergerak Uptrend, Simak Rekomendasi Saham Emiten BUMN

Sekretaris Perusahaan PT Acset Indonusa Tbk (ACST) Maria Cesilia Hapsari menyampaikan, Acset juga merasakan hal serupa. Kenaikan inflasi berpengaruh terhadap peningkatan biaya konstruksi alias beban pokok pendapatan perusahaan.

Untuk itu, Acset berupaya menekan biaya dengan mencari harga terbaik dan mengamankan harga dengan membuat kontrak payung untuk bahan baku. Perusahaan juga menjaga kerja sama kemitraan dengan vendor serta menjalankan metoda kerja yang tepat di proyek.

"Sampai saat ini, manajemen terus berusaha untuk meningkatkan jumlah perolehan kontrak baru dan mengimplementasikan manajemen pengendalian risiko yang lebih ketat untuk mendukung kinerja dan pertumbuhan perusahaan," tutur Maria.

Baca Juga: Proyek Infrastruktur Bergulir, Acset Indonusa (ACST) Raih Kontrak Baru Rp 1,1 Triliun

Analis Artha Sekuritas Dennies Christoper Jordan menilai, kenaikan harga bahan baku, BBM, serta kenaikan suku bunga akan menggerus margin perusahaan konstruksi. Secara rata-rata, laba bersih emiten konstruksi di tahun ini masih akan tumbuh namun terbatas.

Terkait dengan sahamnya, Dennies melihat prospeknya masih cukup positif, terutama untuk konstruksi BUMN. Pasalnya, perusahaan konstruksi BUMN didukung oleh anggaran infrastruktur tahun 2023 yang masih tinggi, yakni sebesar di Rp 392 triliun.

"Dengan begitu, kontrak baru diperkirakan masih tinggi dan masih akan mendorong pendapatan meski akan ada hambatan dari kenaikan bahan baku dan kenaikan bunga pinjaman," ucap Dennies.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×