kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.906.000   5.000   0,26%
  • USD/IDR 16.260   -19,00   -0,12%
  • IDX 6.904   3,46   0,05%
  • KOMPAS100 1.002   -1,47   -0,15%
  • LQ45 762   -5,14   -0,67%
  • ISSI 228   0,95   0,42%
  • IDX30 393   -2,78   -0,70%
  • IDXHIDIV20 453   -3,10   -0,68%
  • IDX80 112   -0,45   -0,40%
  • IDXV30 114   -0,16   -0,14%
  • IDXQ30 127   -1,02   -0,80%

Saham Defensif Tak Lagi Ampuh, Ini Alternatif Investasi dari Kiwoom Sekuritas


Selasa, 08 Juli 2025 / 08:35 WIB
Saham Defensif Tak Lagi Ampuh, Ini Alternatif Investasi dari Kiwoom Sekuritas
ILUSTRASI. Kiwoom Sekuritas memberikan rekomendasi saham pilihan untuk alternatif investasi saat saham defensif tak lagi ampuh


Reporter: Rashif Usman | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih belum menunjukkan pemulihan signifikan. Pada Senin (7/7), indeks hanya mampu menguat 0,52% atau bertambah 35,74 poin ke level 6.900. 

Meski demikian, dalam empat hari perdagangan berturut-turut sebelumnya indeks terus bergerak di zona merah. Investor asing tercatat melakukan aksi net sell hingga Rp 56,01 triliun secara year to date. 

Di tengah gejolak pasar saat ini, investor umumnya cenderung beralih ke saham-saham defensif. Namun, menurut Head of Research Kiwoom Sekuritas, Liza Camelia Suryanata strategi ini kini tidak lagi efektif. Saham-saham defensif klasik dinilai sudah kehilangan peran sebagai 'safe haven' yang ampuh dalam menghadapi kondisi pasar saat ini.

"Di tengah tekanan makroekonomi global, arus keluar dana asing dalam jumlah besar, dan lemahnya daya beli domestik, sektor konsumsi dan perbankan besar mulai kehilangan daya lindungnya," kata Liza kepada Kontan, Senin (7/7).

Baca Juga: IHSG Naik ke 6.900 pada Senin (7/7), Saham-Saham Ini Paling Banyak Dikoleksi Asing

Dus, Liza membeberkan sejumlah solusi alternatif investasi yang layak dipertimbangkan bagi investor, antara lain:

1. High Dividen Play di Sektor Energi dan Tambang

Ketika pasar cenderung stagnan atau melemah, saham-saham dengan dividen tinggi dapat menjadi sumber imbal hasil nyata meski harga sahamnya stagnan. Oleh karenanya, Liza menyarankan pelaku pasar fokus pada emiten tambang yang masih mencetak laba besar dan rajin membagikan dividen, seperti ADRO, PTBA, HRUM, dan ITMG. Selain dividen tinggi, mereka juga diuntungkan dengan aktivitas ekspornya.

"Harga batubara mulai picking up dan sepertinya tengah membentuk tren naik dalam jangka pendek," ucap Liza.

2. Melirik Sektor Logistik dan Pelabuhan

Di tengah tekanan fiskal dan konsumsi, sektor yang masih didorong oleh aktivitas ekspor-impor tetap berpeluang tumbuh, seperti IPCC yang bergerak di bidang terminal kendaraan ekspor serta SMDR dan TSPC yang memiliki bisnis logistik laut dan pelayaran.

Menurutnya, permintaan logistik tetap kuat seiring kebutuhan rantai pasok dan industrialisasi di luar Pulau Jawa.

Baca Juga: Menguat di Awal Pekan, Simak Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Selasa (8/7)

3. Mengikuti Tren Struktural dan Sektor Baru

Investor perlu menyesuaikan strategi dengan arah perkembangan jangka panjang, khususnya dalam sektor teknologi dan energi. Misalnya, dari sektor data center & infrastruktur digital ada emiten DCII, MTEL, EDGE, WIFI. Lalu, transisi energi dan hilirisasi tambang seperti yang dilakukan MBMA, ADMR, NCKL, TPIA, ANTM, serta sektor kawasan industri dan proyek smelter seperti SSIA dan PPRE, bahkan GOTO jika mulai masuk ke sektor kendaraan listrik atau logistik digital.

"Jangan hanya mengandalkan sektor defensif, tetapi perlu mengikuti tren masa depan seperti data center dan digital infrastruktur," ucap Liza.

4. Saham Berbasis Dolar AS dan Natural Hedge

Investor perlu mencari saham yang memiliki eksposure dolar AS atau klien luar negeri agar tidak terpukul pelemahan rupiah. Misalnya, AADI atau PTBA yang memiliki pendapatan dolar AS atau aktivitas ekspor. Sementara dari grup Barito ada CUAN, PTRO dan BREN, yang tetap menarik untuk peluang trading meskipun, saham-saham tersebut memiliki valuasi tinggi.

"Saham dengan natural hedge lebih stabil dibanding sektor konsumsi lokal," tambahnya.

 

5. Manfaatkan Momentum Rotasi Sektor

Dengan melemahnya performa sektor defensif, rotasi ke sektor lain menjadi kunci untuk menangkap peluang. Sektor basic material, energi, dan transportasi masih memiliki katalis pertumbuhan. Emiten seperti RAJA dan RATU dinilai masih aktif berekspansi.

Selain itu, kenaikan harga komoditas akibat konflik geopolitik di Timur Tengah atau Eropa juga bisa membawa sentimen positif bagi emiten terkait seperti MEDC, BUMI, BRMS, MDKA, ANTM, HRTA, dan ENRG.

"IHSG sedang berada di era saham aman tak lagi aman. Investor perlu adaptif, jangan hanya bertahan di blue chips saja, tapi bergerak ke sektor yang punya story struktural atau didukung cashflow dolar AS, atau yang menjadi sasaran investasi dari Danantara. Intinya sentimen drive," tutup Liza.

Selanjutnya: Grafik Harga Emas Antam, Hari Ini Naik atau Turun? (8 Juli 2025)

Menarik Dibaca: Yuk Intip 5 Cara Cerdas Mengecek Kesehatan Bisnis di Pertengahan Tahun Ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×