Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga aset kripto terpantau ambles beberapa waktu terakhir. Tekanan ini terjadi di tengah sentimen global yang memburuk. Kondisi tersebut menegaskan pasar kripto masih berada dalam fase penuh tekanan dan dominasi sentimen risk-off.
Melansir Coinmarketcap pada Kamis (20/11/2025) pukul 18.05 WIB, harga Bitcoin (BTC) menyusut 11,04% dalam tujuh hari terakhir menjadi US$ 91.675,69. Kemudian Ethereum (ETH) harganya merosot 14,22% selama sepekan jadi US$ 3.011,28.
Ada pun XRP (XRP) memerah 15,35% sepekan terakhir jadi US$ 2,11. Sedang harga Solana (SOL) turun 8,61% ke US$ 142,09. Terakhir ada harga Binance Coin (BNB) yang juga susut 6,63% selama sepekan jadi US$ 900,03.
Fyqieh Fachrur Analis Tokocrypto membenarkan bahwa pasar kripto global akhir-akhir ini memang sedang tertekan.
Baca Juga: Sinyal Bearish Bitcoin Muncul, Peluang Penurunan Harga hingga 77% Meningkat
Bitcoin (BTC) misalnya, yang bulan Oktober 2025 sempat menyentuh rekor tertinggi sekitar US$ 126.25, kini sempat anjlok menjadi kisaran US$ 90.00 pada pertengahan November turun hampir 30% dari puncaknya. November 2025 tercatat sebagai bulan terburuk tahun ini, bahkan turun hingga kisaran 17%.
Indikator sentimen Crypto Fear & Greed pun mencatat nilai 10/100 (ketakutan ekstrem), artinya pasar sedang dikuasai panik.
Namun Minutes FOMC terbaru menunjukkan The Fed masih terbagi pendapat soal kebijakan suku bunga. Dengan inflasi yang masih cukup tinggi, peluang pemotongan suku bunga kembali rendah. Ketidakpastian kebijakan ini menambah tekanan ke pasar kripto.
“Jadi, sentimen risk-off dari kebijakan moneter global turut menekan harga kripto,” jelas Fyqieh kepada Kontan, Kamis (20/11/2025).
Selain itu, terjadi aksi jual besar-besaran, uang mengalir keluar dari ETF Bitcoin dan Ethereum dan tekanan jual dipicu oleh sinyal teknikal bearish. Serta kendala likuiditas karena pemangkasan neraca Fed dan shutdown pemerintah AS turut memperberat kejatuhan.
Dengan kata lain, penurunan ini bukan hanya disebabkan isu makro global, faktor kripto seperti leverage tinggi dan profit-taking institusi, juga mempercepat sell-off.
Baca Juga: Kendati Bitcoin Melemah, Altcoin Season Tak Kunjung Tiba
Perdagangan Kripto Dalam Negeri
Di dalam negeri tren serupa nampak terjadi, volume transaksi kripto terlihat menurun secara year-to-year (YoY). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan nilai transaksi kripto sepanjang Januari-Oktober 2025 mencapai Rp 409,56 triliun.
Sementara, pada periode yang sama Januari-Oktober 2024 nilai transaksi kripto tembus Rp 475 triliun. Artinya terjadi penurunan transaksi sekitar 13,77% YoY pada Oktober 2025 dibandingkan Oktober 2024.
Jelas Fyqieh, penurunan ini mencerminkan efek volatilitas harga global saat kripto global bearish, aktivitas trading di Indonesia juga melemah.
Namun menariknya, minat investor domestik masih kuat. Meskipun nilai transaksi berfluktuasi, jumlah pengguna kripto di Indonesia terus bertambah mencapai 18,08 juta orang pada September 2025 atau meningkat 9,57% dari bulan sebelumnya.
“Artinya, kepercayaan konsumen tetap terjaga. Dengan jumlah pengguna yang naik, pasar domestik terlihat resilient, investor lokal masih aktif menambah dana, hanya saja mereka berhati-hati saat pasar jatuh,” imbuhnya.
Baca Juga: Bitcoin Turun ke US$ 90.000, Begini Prospeknya Hingga Akhir Tahun
Menurutnya, pergerakan pasar kripto di Indonesia pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh dinamika global. Hingga akhir 2025, ada kemungkinan bahwa pasar akan cenderung berada dalam fase konsolidasi, mengikuti sentimen global yang saat ini masih didominasi sikap wait and see.
Untuk saat ini, belum ada konfirmasi kuat bahwa pasar benar-benar memasuki fase bearish penuh. Beberapa indikator memang menunjukkan tekanan jual dan penurunan minat risiko, namun sinyal bearish jangka panjang belum terbentuk secara struktural.
Di sisi lain, indikator on-chain, tingkat adopsi, dan aktivitas developer masih relatif stabil, sehingga menggambarkan pasar yang lebih condong ke fase cooling down dibandingkan pembalikan tren besar.
Aset Kripto yang Potensial
Meskipun kondisi pasar kripto saat ini tertekan oleh ketidakpastian makroekonomi dan geopolitik, peluang untuk menghasilkan capital gain tetap ada, terutama bagi trader atau investor yang mampu membaca momentum, memanfaatkan volatilitas, dan disiplin dalam manajemen risiko.
Untuk periode akhir tahun 2025 hingga awal tahun 2026, Fyqieh merekomendasikan investor untuk mencermati aset Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), Solana (SOL), dan BNB (Binance Coin).
Untuk BTC sendiri, jika ada technical bounce dari kondisi oversold, potensi capital gain cepat 5%-8% masih realistis. Untuk akhir 2025, dalam skenario moderat bisa berada di kisaran US$ 100.000. Jika bull cycle terbentuk lebih nyata di 2026, bisa menuju US$ 120.000 – US$ 130.000 atau lebih.
Sementara ETH, dia memproyeksi jika kondisi membaik, ETH bisa menuju kisaran US$ 3.500 – US$ 4.000 pada akhir 2025. Untuk 2026, dengan adopsi yang kuat, target US$ 4.500 – US$ 6.000 adalah kemungkinan dalam skenario penguatan.
Sedang SOL, di tengah volatilitas dan sentimen on-chain yang positif, SOL bisa menuju US$ 170 – US$ 190 pada akhir 2025. Untuk 2026, dalam skenario lebih optimistis, target US$ 220 – US$ 250 bisa dicapai.
Terakhir BNB, karena utilitasnya kuat dan dukungan platform besar, BNB bisa menguji US$ 1.000 atau lebih di akhir 2025. Untuk 2026, jika ekosistem terus tumbuh, target US$ 1.100 – US$ 1.200 bisa dipertimbangkan.
Selanjutnya: Kredit UMKM Melambat, Bank Hati-Hati Jaga Rasio NPL dan Kualitas Pinjaman
Menarik Dibaca: Hasil Australian Open 2025, Sembilan Wakil Indonesia Melenggang ke Perempat Final
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













