Sumber: Cointelegraph | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Sinyal bearish dari indikator SuperTrend Bitcoin memproyeksikan potensi penurunan harga besar, diperkuat oleh indeks Crypto Fear and Greed yang kini berada pada level “ketakutan ekstrem.”
Melansir Cointelegraph pada Kamis (20/11/2025), Indikator SuperTrend pada grafik mingguan Bitcoin (BTC), yang saat ini diperdagangkan di sekitar US$92.360, memunculkan sinyal sell sebuah pola yang secara historis menandai awal pasar bearish.
Baca Juga: IHSG Menguat ke 8.453,8 di Pagi Ini (20/11), Top Gainers LQ45: NCKL, AMMN, BMRI
Sinyal Sebelumnya Diikuti Koreksi 77% hingga 84%
Pada grafik mingguan BTC, SuperTrend membalik dari hijau menjadi merah dan bergerak di atas harga pekan lalu, indikasi bearish yang kuat.
Indikator ini bekerja seperti moving average dan memanfaatkan average true range (ATR) untuk mengidentifikasi tren pasar.
Sinyal tersebut dikonfirmasi setelah pasangan BTC/USD mencatat penutupan mingguan di bawah moving average (MA) 50 minggu pada Minggu, sebuah pola yang secara historis kerap menjadi akhir fase bull market.
Baca Juga: Rupiah Dibuka Melemah ke Rp 16.735 Per Dolar AS di Pagi Ini (20/11), Asia Terkoreksi
Dua konfirmasi serupa pada 2018 dan 2022 menghasilkan koreksi dalam masing-masing sebesar 84% dan 77%.
“Indikator SuperTrend mingguan telah berbalik merah untuk pertama kalinya sejak Januari 2023,” ungkap analis Bitcoinsensus di platform X pada Senin.
“Ini berarti, meski tidak pasti, tanda-tanda awal pasar bearish mulai terlihat.”
Jika pola sejarah berulang, harga BTC berpotensi turun menuju $75.000, diperburuk oleh melemahnya permintaan dari perusahaan pemegang BTC serta arus keluar yang berlanjut dari ETF Bitcoin spot di AS.
Baca Juga: Daftar Harga Emas Antam Hari Ini (20/11): Naik Rp 21.000 Jadi Rp 2.364.000 Per Gram
Indikator Sentimen: ‘Masih Ada Rasa Sakit di Depan’
Indeks Crypto Fear and Greed turun ke level 11 zona 'ketakutan ekstrem', level terendah sejak Februari.
Analisis pola harga BTC ketika indeks berada pada level serupa menunjukkan dua kemungkinan skenario:
1. Penurunan Lanjutan Sebelum Rekor Baru
Pada 2021, indeks berfluktuasi antara fear dan extreme fear pada Mei–Juli. Harga Bitcoin sempat turun 40% lagi sebelum melesat ke rekor tertinggi baru di $69.000.
“Masih ada peluang besar rasa sakit jangka pendek, namun pembalikan kemungkinan terjadi dalam 2–3 minggu ke depan,” kata analis Milk Road.
“Sentimen rendah tidak menutup peluang BTC mencetak rekor baru dalam jangka menengah.”
Baca Juga: Kapitalisasi Kripto Anjlok Hingga US$ 1 Triliun, Apa Pemicu & Proyeksi Selanjutnya?
2. Masuk ke Bear Market Penuh
Skenario lainnya adalah awal pasar bearish penuh seperti pada Mei 2022, ketika indeks bertahan pada zona extreme fear selama berbulan-bulan.
Fase itu menjadi periode paling brutal pasar 2022, saat BTC anjlok dari US$69.000 ke US$15.000.
Selanjutnya: Cloudflare Terancam Diblokir: Pemerintah Ultimatum 14 Hari, Ini Gara-garanya
Menarik Dibaca: Nikmati Paket 5 Ayam Pakai Promo KFC Crunch Hour Rp 60K Saja, Cuma Selasa-Kamis
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













