Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT GTS International Tbk (GTSI) mengalokasikan belanja modal alias capital expenditure (capex) senilai US$ 24 juta tahun depan.
Direktur GTSI Dandun Widodo mengatakan, capex akan digunakan untuk membeli liquified natural gas (LNG) carrier dengan nilai antara US$ 10 juta sampai US$ 15 juta. Kapal tersebut akan dikonversi menjadi Floating Storage and Regasification Unit (FSRU) dengan biaya US$ 8 juta sampai US$ 9 juta. Nantinya, kapal ini akan terutilisasi paling cepat pada kuartal ketiga 2023
Langkah ini merupakan pijakan GTSI untuk mengembangkan bisnis FSRU. Direktur Utama GTSI Tammy Meidharma menjabarkan, pada 2025 GTSI akan berfokus mengembangkan FSRU. Rencana bisnis ini terkait dengan kebijakan pemerintah dalam mengurangi penggunaan bahan bakar minyak (BBM) sejalan dengan kebijakan pengurangan emisi.
Nantinya, semua pembangkit listrik akan dikonversi menjadi energi baru terbarukan (EBT). Dalam proses konversi ini, dibutuhkan gas alam sebagai media transisi dalam konversi energi.
Baca Juga: Pendapatan GTS Internasional (GTSI) Melonjak di Kuartal III 2022
GTSI juga menadah peluang dari kebijakan pemerintah dalam hal hilirisasi hasil tambang, dimana para penambang mineral tidak boleh menjual barang mentah. “Akibatnya kebutuhan energi gas meningkat, baik untuk pabrik pengolahan (smelter) maupun pembangkit listrik,” kata Tammy dalam paparan publik yang digelar Kamis (22/12). Berlanjut ke 2026, dimana GTSI akan membeli pengangkut LNG ukuran kecil.
Dari sisi sektoral, Tammy memperkirakan harga gas alam masih cukup atraktif. Komoditas energi ini diperkirakan diperdagangkan pada harga US$ 6,79 per MMBtu pada akhir kuartal ini. Ke depan, GTSI memperkirakan gas alam akan diperdagangkan pada harga US$ 8,20 dalam jangka waktu 12 bulan. Dus, solidnya harga gas alam turut menyokong kinerja FSRU ke depan.
Solidnya harga gas alam tercermin pada kinerja GTSI. Per kuartal ketiga 2022, GTSI membukukan pendapatan senilai US$ 31 juta, naik 69% secara year-on-year dari pendapatan di periode yang sama tahun lalu yang hanya US$ 18,4 juta.
Dandun memproyeksi, hingga akhir 2022 GTSI akan meraup pendapatan senilai US$ 41,6 juta alias naik 35% dari realisasi pendapatan tahun lalu yakni US$ 30,7 juta. Menurut Dandun, naiknya pendapatan GTSI tidak terlepas dari armada GTSI yang terutilisasi penuh alias 100%
Dari sisi segmentasi, LNG carrier masih mendominasi dengan porsi 72%, disusul FSRU sebanyak 8,7%, dan ship management.
Dari sisi bottomline, GTSI membukukan laba bersih senilai US$ 4,56 juta, berbalik dari kondisi di periode yang sama tahun lalu dimana GTSI membukukan rugi senilai US$ 1,5 juta. Proyeksi manajemen, hingga akhir 2022, GTSI mampu meraup laba bersih hingga US$ 5,5 juta, membaik dari rugi di tahun lalu yang mencapai US$ 16,2 juta.
Dengan kondisi keuangan yang membaik, Tammy mengatakan GTSI membuka peluang untuk membagikan dividen di 2023.
Baca Juga: Ini Sejumlah Penyokong Kinerja GTS Internasional (GTSI) di Kuartal Ketiga 2022
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News