Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Grup Titan bersiap membawa entitas usahanya di bidang jasa infrastruktur, PT Titan Infra Sejahtera (TIS) untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). TIS berencana menggelar penawaran umum perdana saham alias Initial Public Offering (IPO) pada 2025.
TIS merupakan perusahaan penyedia jasa infrastruktur yang beroperasi di Provinsi Sumatra Selatan. TIS memiliki dua anak usaha, yakni PT Servo Lintas Raya (SLR) dan PT Swarnadwipa Dermaga Jaya (SDJ).
SLR mengoperasikan sepanjang 118 kilometer (km) jalan untuk pengangkutan material komoditas alias hauling. Sedangkan SDJ mengoperasikan pelabuhan di Sungai Musi untuk mengapalkan komoditas yang diangkut.
Baca Juga: Perusahaan Nikel Daaz Bara Lestari (DAAZ) Siap IPO, Incar Dana Rp 270 Miliar
Presiden Direktur SLR dan SDJ Victor B. Tanuadji menegaskan bahwa inti bisnis TIS berada di bidang infrastruktur. Victor yakin ketika IPO TIS bisa diterima oleh pasar dan tetap menarik bagi investor yang menaruh perhatian pada isu lingkungan.
"Ini memang infrastruktur saja, tidak ada tambang di dalam TIS," tegas Victor dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Senin (16/12).
Sebagai informasi, TIS merupakan bagian dari Titan Infra Energy. Secara grup, Titan Infra Energy memiliki tiga lini bisnis. Meliputi infrastruktur energi, jasa layanan energi, dan sumber daya energi.
Pada lini bisnis infrastruktur energi, Titan Infra Energy melalui TIS antara lain menggarap jasa logistik terintegrasi melalui SLR dan jasa pelabuhan muat lewat SDJ.
Baca Juga: Aral Melintang Gerus Komposisi China di Smelter Nikel Indonesia Demi Tembus Pasar AS
Direktur Operasi Titan Infra Energy Suryo Suwignjo optimistis terhadap prospek pertumbuhan kinerja TIS. Sebagai gambaran dari sisi keuangan, pada tahun lalu TIS memiliki EBITDA sebesar US$ 100 juta. "Tahun ini kami optimistis angka itu akan bertambah," ungkap Suryo.
Suryo menerangkan, pendapatan TIS akan terkait langsung dengan volume komoditas utama yang diangkut. Yaitu batubara yang melewati jalan hauling SLR dan yang dikapalkan SDJ.
Suryo mencontohkan pada tahun ini, besaran batubara yang lewat dan dikapalkan TIS mencapai 21 juta ton. Meningkat sekitar 16% dibandingkan tahun 2023 yang kala itu sekitar 18 juta ton. Pada tahun depan, volumenya diproyeksikan akan naik menjadi 27 juta ton.
Hanya saja, Suryo masih belum membuka secara rinci mengenai jumlah saham TIS yang akan dilepas kepada publik dalam IPO nanti. "Sesuai aturan bursa minimal kami akan melepas saham sebesar 10%," terang Suryo.
Baca Juga: MIND ID Perkuat Program Nilai Tambah Komoditas Mineral
Di sisi lain, Victor mengungkapkan terkait prospek TIS ke depan. Sejak tahun ini PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mulai mengirimkan produksi batubaranya melalui jalur dan pelabuhan batubara TIS. Victor bilang, hal ini membawa angin segar bagi TIS.
Victor meyakini, jumlah batubara PTBA yang melewati jalan TIS akan terus bertambah dari tahun ke tahun. Apalagi di tengah harga batubara yang relatif stabil di level harga US$ 125 per ton.
TIS pun mengambil langkah untuk mengantisipasi terjadinya penyumbatan di jalur lalu lintas (bottle neck) akibat lonjakan jumlah angkut dan pengapalan. Pada tahun ini, TIS sudah menambah jumlah pelabuhan dari dua menjadi tiga pelabuhan dengan lima konveyor.
Rencananya tahun depan TIS akan kembali menambah satu konveyor. Victor optimistis terhadap prospek TIS di masa depan, sejalan dengan posisi Sumatra sebagai penghasil batubara terbesar kedua di Indonesia.
Baca Juga: Titan Terapkan Teknik Baru Pengelolaan Limbah
Sumatra Selatan (Sumsel), sebagai wilayah operasi TIS, merupakan penyumbang terbesar dari produksi batubara di Pulau Sumatra. Cadangan batubara di Sumsel mencapai sebesar 9,3 miliar ton atau sekitar 25% dari cadangan batubara nasional sebesar 37,6 miliar ton.
Konsentrasi tambang batubara di Sumsel berada di tiga wilayah. Meliputi Kabupaten Muara enim, Lahat dan Ogan Komering Ulu. Di Muara Enim saja, setidaknya ada 29 izin usaha pertambangan yang diterbitkan oleh pemerintah.
Pada tahun ini, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Sumsel menargetkan produksi batubara mencapai 131 juta ton. Kondisi tersebut menjadi peluang pertumbuhan bagi TIS.
Apalagi ketika lumbung batubara di Kalimantan mulai menipis dan biaya produksi semakin tinggi, Sumsel akan semakin dilirik. "Ruang ini lah yang menjadi masa depan bagi TIS," tandas Victor.
Selanjutnya: Anwar Ibrahim Tunjuk Thaksin Shinawatra sebagai Penasihat Pribadinya di ASEAN
Menarik Dibaca: MIND ID Dorong Kolaborasi Perkuat Ekosistem Industrialisasi Mineral
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News