Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
Victor meyakini, jumlah batubara PTBA yang melewati jalan TIS akan terus bertambah dari tahun ke tahun. Apalagi di tengah harga batubara yang relatif stabil di level harga US$ 125 per ton.
TIS pun mengambil langkah untuk mengantisipasi terjadinya penyumbatan di jalur lalu lintas (bottle neck) akibat lonjakan jumlah angkut dan pengapalan. Pada tahun ini, TIS sudah menambah jumlah pelabuhan dari dua menjadi tiga pelabuhan dengan lima konveyor.
Rencananya tahun depan TIS akan kembali menambah satu konveyor. Victor optimistis terhadap prospek TIS di masa depan, sejalan dengan posisi Sumatra sebagai penghasil batubara terbesar kedua di Indonesia.
Baca Juga: Titan Terapkan Teknik Baru Pengelolaan Limbah
Sumatra Selatan (Sumsel), sebagai wilayah operasi TIS, merupakan penyumbang terbesar dari produksi batubara di Pulau Sumatra. Cadangan batubara di Sumsel mencapai sebesar 9,3 miliar ton atau sekitar 25% dari cadangan batubara nasional sebesar 37,6 miliar ton.
Konsentrasi tambang batubara di Sumsel berada di tiga wilayah. Meliputi Kabupaten Muara enim, Lahat dan Ogan Komering Ulu. Di Muara Enim saja, setidaknya ada 29 izin usaha pertambangan yang diterbitkan oleh pemerintah.
Pada tahun ini, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Sumsel menargetkan produksi batubara mencapai 131 juta ton. Kondisi tersebut menjadi peluang pertumbuhan bagi TIS.
Apalagi ketika lumbung batubara di Kalimantan mulai menipis dan biaya produksi semakin tinggi, Sumsel akan semakin dilirik. "Ruang ini lah yang menjadi masa depan bagi TIS," tandas Victor.
Selanjutnya: Anwar Ibrahim Tunjuk Thaksin Shinawatra sebagai Penasihat Pribadinya di ASEAN
Menarik Dibaca: MIND ID Dorong Kolaborasi Perkuat Ekosistem Industrialisasi Mineral
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News