Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tertekannya pasar obligasi dan pasar saham beberapa bulan lalu, membuat Nilai Aktiva Bersih (NAB) industri reksadana terkoreksi. Adanya kebutuhan likuiditas jelang Lebaran dan libur panjang juga membuat NAB terkikis.
Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kamis (7/6), dana kelolaan atau nilai aktiva bersih (NAB) industri reksadana per akhir Mei tercatat turun 0,61% menjadi Rp 504,39. Sebagai perbandingan perolehan NAB di April 2018 sebesar Rp 507,49 triliun.
Dana kelolaan industri reksadana turun karena dana kelolaan pada reksadana pasar uang dan reksadana campuran juga turun. Sementara reksadana jenis lain catatkan kenaikan tipis.
Rinciannya, dana kelolaan reksadana pasar uang turun 13,24% menjadi Rp 59 triliun. Dana kelolaan reksadana campuran juga turun 4% menjadi Rp 24 triliun.
Sementara, dana kelolaan reksadana saham naik 0,73% menjadi Rp 139 triliun. Kenaikan juga terjadi pada dana kelolaan reksadana pendapatan tetap sebesar 0,97% menjadi Rp 104 triliun.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan NAB reksadana turun karena kinerja portofolio dari pasar saham dan obligasi juga sedang tertekan.
Di pasar obligasi harga Surat Utang (Negara) turun karena suku bunga BI 7 days reverse repo rate (7DRR) naik sebanyak 50 basis poin (bps) menjadi 4,75%.
Rio Ariansyah, Senior Vice President Recapital Asset Management mengatakan NAB industri reksadana turun karena masih terpengaruh isu kenaikan suku bunga di Amerika Serikat.
"Dampaknya, asing banyak pull out dananya karena sentimen kenaikan suku bunga AS dan melakukan aksi ambil untung dari pasar," kata Rio, Kamis (7/6).
Menurut Rio, reksadana pasar uang paling dalam penurunannya karena reksadana pasar uang merupakan tempat berkumpulnya dana asing dengan jumlah cukup banyak.