Reporter: Danielisa Putriadita, Dimas Andi | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kendati pasar keuangan dalam negeri masih fluktuatif, kinerja rata-rata reksadana sepanjang Mei lalu terlihat menguat. Berdasarkan data Infovesta Utama, Senin (4/6), reksadana saham sukses mencetak rata-rata return paling tinggi. Rata-rata imbal hasilnya mencapai 0,55%.
Namun, secara year to date (ytd), reksadana saham masih mencetak kerugian rata-rata 2,30%. Di periode yang sama, reksadana pasar uang mencetak imbal hasil rata-rata paling unggul, yakni 1,58%.
Sedangkan, kinerja reksadana pendapatan tetap sepanjang tahun ini dan bulan Mei masih terpuruk. Secara ytd reksadana ini rugi 0,98% dan sepanjang Mei kinerjanya merosot 0,58%.
Menurut Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana, kinerja reksadana saham, pendapatan tetap dan campuran tahun ini masih minus lantaran pasar keuangan Indonesia belum menunjukkan pemulihan. "Sejak Februari hingga sekarang, baik pasar saham dan obligasi masih rawan koreksi," kata dia, Senin (4/6).
Lebih lanjut, kinerja reksadana saham juga masih tertekan aksi jual investor asing yang terjadi di pasar saham sejak awal tahun. Akibatnya, harga saham sejumlah emiten yang menjadi aset dasar reksadana berjatuhan.
Deposito jadi andalan
Sementara kinerja reksadana pendapatan tetap masih lesu karena harga surat utang negara (SUN) belum stabil. Dampak kenaikan suku bunga acuan BI dua kali di Mei lalu belum terasa. Di sisi lain, karena deposito cenderung minim risiko, kinerja rata-rata reksadana pasar uang masih mampu bertahan.
Wawan memprediksi, return reksadana saham dan pendapatan tetap baru akan pulih pada semester dua nanti. "Perlu katalis positif lagi sembari menunggu dampak kenaikan suku bunga BI bagi kedua reksadana ini secara jangka panjang," ungkap dia.
Wawan optimistis kinerja rata-rata reksadana saham dan pendapatan tetap bisa mencapai kisaran 10% dan 7% akhir tahun ini. Adapun kinerja rata-rata reksadana pasar uang ada di kisaran 4%-5%.
Salah satu reksadana pasar uang dengan kinerja terbaik adalah Bahana Likuid Plus milik Bahana TCW Investment. Return-nyamencapai 2,72% sejak awal tahun.
Direktur Riset dan Kepala Investasi Alternatif Bahana TCW Investment Soni Wibowo mengatakan, strategi pengelolaan reksadana ini adalah dengan menaruh sekitar 60% dana kelolaan di deposito dan 40% di obligasi dengan tenor kurang dari satu tahun.
Soni memperkirakan target imbal hasil reksadana pasar uang ini bisa mencapai 6% di akhir tahun. Target imbal hasil ini meningkat setelah BI mengerek suku bunga acuan dua kali di bulan Mei lalu. "Adjustment return akan datang dari kenaikan suku bunga deposito," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News