kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Emiten Sektor Energi Rajin Menggelar Ekspansi, Simak Saham Rekomendasi Analis


Kamis, 02 Februari 2023 / 21:25 WIB
Emiten Sektor Energi Rajin Menggelar Ekspansi, Simak Saham Rekomendasi Analis


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah meroket pada tahun lalu, kinerja bisnis dan pergerakan saham emiten energi ditaksir bakal melandai di tahun ini. Tren harga komoditas yang meredup bakal menjadi ganjalan bagi emiten energi.

Tengok saja, harga batu bara ICE Newcastle untuk kontrak bulan Maret saat ini ada di level US$ 237,5 per metrik ton, turun tajam dari puncaknya pada level US$ 450 di tahun lalu. Harga minyak WTI juga mengalami kontraksi dari puncaknya di US$ 120 menjadi US$ 76 per barrel. 

Emiten energi di segmen bisnis batubara serta minyak dan gas (migas) pun memasang strategi. Meski harga komoditas melandai, agenda ekspansi dan diversifikasi tidak tertunda.

Head of Corporate Communication PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) Febriati Nadira mengungkapkan, naik-turun harga batubara merupakan hal yang lazim di industri ini. Dinamika harga batubara tidak dapat diprediksi dan bergerak mengikuti siklusnya. 

Baca Juga: Prospek Saham Syariah Dinilai Positif di 2023, Ini Saham Pilihan Analis

"Karena itu, Adaro akan tetap fokus pada segala sesuatu yang dapat kami kontrol, seperti kontrol operasional untuk memastikan pencapaian target perusahaan dan efisiensi biaya," kata Nadira kepada Kontan.co.id, Kamis (2/2).

Lagipula, ADRO masih optimistis terhadap prospek pertumbuhan industri batubara. Alasannya, ada dorongan dari tumbuhnya permintaan di wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara, termasuk di Indonesia.

 

Nadira bilang, ADRO akan terus menjalankan green initiatives melalui pengembangan energi terbarukan dan pemrosesan mineral. Antara lain  dengan membangun smelter aluminium di Kalimantan Utara.

Hilirisasi itu digelar lewat anak usaha, PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR). Adaro Grup dalam proses pengembangan smelter aluminium di kawasan industri PT Kalimantan Industrial Park Indonesia (KIPI), dengan kapasitas 500.000 ton per tahun.

Nilai investasi keseluruhan, termasuk pembangkit listrik, mencapai US$ 2 miliar pada tahap pertama. "Saat ini, kami dalam proses perencanaan yang lebih detail untuk mengembangkan aluminum smelter, antara lain dengan berupaya menggandeng mitra kerja dari luar negeri," imbuh Nadira.

Baca Juga: IHSG Menguat ke 6.885, GOTO, ARTO, INTP Top Gainers LQ45

PT Elnusa Tbk (ELSA) juga optimistis memiliki daya tahan untuk menghadapi tantangan eksternal di tahun ini. Manager of Corporate Communications ELSA Jayanty Oktavia Maulina mengatakan, pihaknya akan melanjutkan ekspansi di luar bisnis utama jasa migas.

Ekspansi ini mempertimbangkan keberlanjutan usaha seperti pada transportasi non-BBM, layanan pengelolaan smart water meter, serta kerja sama strategis dalam pengembangan teknologi two phase flow meter untuk geotermal.

"Elnusa memiliki diversifikasi portofolio jasa yang lengkap dan seimbang dari hulu, hilir serta penunjang migas, masing-masing portofolio saling menopang dan mendukung kinerja konsolidasian yang solid," ungkap Jayanty.

Sebelumnya, Direktur Utama PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) Hilmi Panigoro juga memberikan sinyal untuk meneruskan ekspansi. Hilmi menerangkan, akuisisi aset menjadi opsi yang bisa dipertimbangkan saat terjadi penurunan harga komoditas.

Sebaliknya, ketika harga minyak dunia melonjak, perusahaan akan menggenjot aktivitas eksplorasi. "Rule of thumb-nya, kalau harga minyak lagi tinggi, kita eksplorasi, karena harga aset mahal. Nanti kalau harga minyak lagi rendah, kita akuisisi, selama ada opportunity dan harga cocok," ujar Hilmi.

MEDC pun mencari peluang akuisisi terhadap aset migas di wilayah Indonesia maupun Asia Tenggara. Hilmi bilang, aset gas akan menjadi prioritas lantaran gas merupakan komoditas kunci untuk menjalankan transisi energi.

Prospek & Rekomendasi Saham

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo sepakat, penurunan harga komoditas tetap bisa menjadi momentum bagi emiten energi untuk mengembangkan usaha. Setidaknya dengan melakukan diversifikasi bisnis untuk menjaga keberlanjutan kinerja.

Sedangkan pada bisnis inti, Azis memperkirakan prospek pasar dan harga komoditas tidak akan secerah tahun lalu. "Hal ini akan membuat kinerja emiten energi melambat," sebut Azis.

Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih menimpali bahwa emiten energi dengan diversifikasi bisnis akan mendapatkan katalis positif. Emiten migas dan batubara pun ramai mendorong ekspansi bisnis ke segmen energi terbarukan, kendaraan listrik dan hilirisasi.

Baca Juga: Prediksi IHSG Hari Ini (2/2) Naik Lagi, Analis Rekomendasi Beli 3 Saham Pilihan

Hanya saja, aksi tersebut tidak bisa instan dan membutuhkan dana untuk investasi. Menimbang hal tersebut, Ratih melihat kemungkinan pada tahun ini pembagian dividen (dividend payout ratio) emiten energi akan minim.

"Mengingat ekspansi tersebut membutuhkan cash flow yang sehat. Oleh karena itu, kami netral untuk sektor energi di tahun ini," ungkap Ratih.

Namun secara teknikal, Ratih menjagokan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), dengan rekomendasi speculative buy untuk keduanya. Target harga AKRA ada di Rp 1.580, sedangkan untuk PGAS pada level Rp 1.720.

Sementara itu, Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas Rio Febrian masih cukup optimistis dengan prospek emiten batubara. Sebab sejauh ini mayoritas emiten masih cenderung mendorong volume produksi di 2023.

Baca Juga: Intip Saham-Saham yang Paling Banyak Dikoleksi Asing Kemarin

Saham pilihan Rio adalah ADRO, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA). "Ketiga saham tersebut memiliki kapitalisasi pasar yang cukup besar dari mayoritas saham di sektor energi," kata Rio.

Sedangkan untuk emiten terkait migas, Rio merekomendasikan PGAS, MEDC, AKRA, dan ELSA. "Dapat diperhatikan karena mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih dengan rasio keuangan yang relatif baik," tandas Rio.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×