Reporter: Rashif Usman | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten ritel diprediksi akan meningkat pada momentum Ramadan dan Lebaran 2025. Ini didorong oleh daya beli masyarakat yang pada umumnya tengah meningkat pada periode tersebut.
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas David Kurniawan menjelaskan bahwa efek musiman selama Ramadan dan Lebaran cenderung memberikan dampak signifikan terhadap kinerja emiten ritel akibat peningkatan daya beli masyarakat.
Pada periode tersebut, umumnya konsumsi masyarakat akan mengalami kenaikan, terutama di sektor fashion, makanan dan minuman serta elektronik atau gadget.
Baca Juga: Emiten Konsumer Tersengat Momentum Akhir Tahun, Cek Saham Rekomendasi Analis
"Tahun ini, efek musiman tersebut berpotensi lebih kuat jika daya beli masyarakat tetap stabil, didukung oleh faktor-faktor seperti Tunjangan Hari Raya (THR), bonus tahunan, serta kebijakan ekonomi yang mendorong konsumsi," kata David kepada Kontan, Senin (3/2).
Selain itu, David juga menerangkan pelemahan harga saham ritel sejak awal tahun bisa menjadi kesempatan akumulasi bagi investor jangka menengah hingga panjang.
Penurunan harga saham kemungkinan besar dipengaruhi oleh faktor teknikal seperti supply dan demand serta sentimen pasar global yang khawatir suku bunga tinggi masih membayangi saham konsumer.
"Namun, menjelang Ramadan dan Lebaran, saham-saham ritel biasanya mengalami kenaikan seiring meningkatnya konsumsi. Dengan demikian, level harga saat ini bisa menjadi titik akumulasi yang menarik," ucap David.
David juga merinci, bagi Investor jangka pendek atau trader, momentum Ramadan-Lebaran bisa dimanfaatkan untuk swing trading, terutama pada saham yang mengalami pelemahan signifikan namun memiliki prospek fundamental baik seperti PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA).
Baca Juga: Ada Momentum Pilkada dan Window Dressing, Cek Saham Rekomendasi Analis
Untuk investor jangka menengah-panjang bisa memulai akumulasi bertahap pada saham-saham ritel yang memiliki fundamental kuat, seperti PT Matahari Department Store Tbk (LPPF). Selain itu, perhatikan laporan keuangan kuartal I-2024 untuk melihat dampak peningkatan konsumsi.
Sementara itu, Vice President Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi berpandangan kondisi Ramadan dan Lebaran kali ini sedikit berbeda dibandingkan periode sebelumnya dengan beberapa sentimen yang masih menekan pasar.
Pertama, sentimen daya beli yang tergolong lemah. Tercatat periode Januari 2025 terjadi deflasi sebesar 0,76% MoM.
Kedua, sentimen pelemahan nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang bergerak ke level 16.400 mendekati level tertinggi pada Juni 2024 lalu. Ketiga, sentimen dari suku bunga yang masih berada di level tinggi.
"Kami merekomendasikan netral untuk sektor ritel di tengah kondisi ekonomi makro dan sentimen yang membayangi," kata Audi kepada Kontan, Senin (3/2).
Baca Juga: Wabah Mpox Berdampak pada Emiten Kesehatan, Cek Saham Rekomendasi Analis
Meskipun demikian, jika melihat kembali periode tahun 2024, momentum menjelang Lebaran berhasil meningkatkan laba bersih emiten ritel.
Sebagai contoh, pada kuartal I-2024, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) mencatat kenaikan laba bersih sebesar 222% yoy, PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) naik 254% yoy, PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) tumbuh 14,8% yoy, dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) meningkat 0,9% yoy.
Program promosi yang diluncurkan oleh emiten berhasil menyerap peningkatan konsumsi masyarakat, terutama di masa menjelang Lebaran.
Dus, Audi berpandangan saat ini investor masih dapat untuk melakukan akumulasi beli, terlebih dengan emiten yang memiliki kinerja positif dan margin of safety yang lebar dari nilai intrinsiknya.
"Untuk jangka yang lebih panjang perlu melakukan peninjauan kembali terlebih jika sudah mulai terjadi penguatan daya beli, normalisasi nilai Rupiah dan pemangkasan suku bunga yang sesuai ekspektasi pasar, maka kami percaya sektor ritel dapat kembali bergeliat," tambah Audi.
Rekomendasi Saham
Audi merekomendasikan untuk buy saham ERAA dan MAPI di target harga masing-masing Rp 420 dan Rp 1.580 per saham. Sementara itu ia juga menyarankan trading buy saham LPPF pada target harga Rp 1.710 per saham.
David merekomendasikan untuk mencermati saham LPPF dan ERAA dengan target harga masing-masing di Rp 1.850-Rp 2.000 per saham dan Rp 460-Rp 470 per saham.
Selanjutnya: Soal UMKM Mitra Makan Bergizi Gratis Dapat Modal Rp 500 Juta, BGN Buka Suara
Menarik Dibaca: Jadwal KRL Jogja-Solo Pada 4 Sampai 5 Februari 2025, Catat Moms!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News