Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pencarian dana melalui penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atawa rights issue di bursa masih berlanjut. Terbaru, ada PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Diamond Citra Propertindo Tbk (DADA) yang akan menggelar rights issue.
Dalam keterbukaan informasi, Senin (12/7), emiten farmasi pelat merah KAEF itu akan memberikan HMETD kepada para pemegang saham untuk mengambil bagian dalam penerbitan surat utang wajib konversi atau Obligasi Wajib Konversi (OWK). Kemudian, OWK akan dikonversi menjadi sebanyak-banyaknya 2,78 miliar saham seri B dengan nilai nominal Rp 100.
Sementara itu, DADA akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 14,35 miliar saham dengan nilai nominal Rp 20 per saham. Hasil rights issue sebagian besar akan dimanfaatkan untuk mengakuisisi saham milik Universal Headway System Pte Ltd, Global Modern Investasia Pte Ltd, dan Asian Growth Company Pte Ltd di PT Cipta Diamond Property senilai Rp 450 miliar.
Sepanjang bulan Juli 2021 juga ada dua emiten lain yang mengumumkan akan melakukan rights issue, yakni PT Jasnita Telekomindo Tbk (JAST) dan PT MNC Investama Tbk (BHIT). Keduanya akan menerbitkan saham baru masing-masing 406,81 juta saham dan 12,95 miliar saham.
Baca Juga: Wall Street tertekan angka inflasi tinggi pada Selasa (13/7)
Analis Kiwoom Sekurtitas Indonesia Sukarno Alatas mencermati, rights issue masih menjadi pilihan untuk pencarian dana karena dinilai lebih baik dibandingkan menambah utang. Sehingga, kondisi keuangan perusahaan tidak terbebani di tengah pandemi Covid-19 yang masih membayangi.
Di antara emiten-emiten yang berencana rights issue itu, Sukarno menganggap KAEF paling menarik untuk dikoleksi dalam jangka panjang. Sebab, kinerjanya memiliki prospek yang paling positif dibanding emiten lain yang lain.
Baca Juga: Cum date dividen tiga saham jatuh pekan ini, simak rekomendasi berikut
Tidak jauh berbeda, Analis Panin Sekuritas William Hartanto mencermati, rights issue KAEF memang paling atraktif mengingat dana yang dihimpun nantinya akan digunakan untuk memperkuat digitalisasi farmasi. "Seperti yang kita tahu, saat ini memang sedang trennya digital," ujar William kepada Kontan.co.id, Selasa (13/7).
Asal tahu saja, KAEF tengah berupaya memperkuat sisi operasional dengan melakukan transformasi digital agar proses dari hulu ke hilir, dari pabrik, distribusi, dan ritel farmasi akan terhubung semua dalam sistem Teknologi Informasi.
"Dengan digitalisasi farmasi, manajemen memperkirakan industri farmasi bisa menghemat biaya operasional," ungkap manajemen KAEF seperti yang dikutip dalam keterbukaan informasi KAEF, Senin (12/7).
Saat ini, KAEF sedang mengembangkan pemasaran di jalur digital. Sejak Agustus 2020, emiten farmasi itu meluncurkan aplikasi Kimia Farma Mobile yang memungkinkan pelanggan untuk dapat memperoleh layanan kesehatan hanya dengan menggunakan gawai.
Baca Juga: Pemegang saham suntik Rp 1,5 triliun, modal bersih Acset Indonusa (ACST) akan positif
Lebih lanjut William mengungkapkan, terhadap rights issue yang dianggap menarik, investor disarankan membelinya. Adapun untuk saat ini KAEF secara teknikal memiliki support di Rp 3.000 dan resistance Rp 3.500. Sahamnya direkomendasikan buy.
Sementara itu, Sukarno menyarankan investor buy on weakness KAEF untuk jangka pendek dan hold untuk jangka menengah. "Harga bisa menuju support dulu di area Rp 3.070 jika kembali breakdown Rp 3.200. Boleh buy ketika harga membentuk sinyal beli kembali atau membentuk swing low," imbuhnya.
Baca Juga: Salurkan pembiayaan kepemilikan rumah, Bank BTN dinilai perlu suntikan modal
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News