kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.921   9,00   0,06%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Emiten dalam negeri belum tertarik dual listing


Kamis, 22 September 2016 / 20:28 WIB
Emiten dalam negeri belum tertarik dual listing


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) akan jalin kerja sama dengan New York Stock Exchange (NYSE) guna meningkatkan likuiditas dan memperkenalkan emiten domestik ke mancanegara. Namun beberapa emiten mengaku belum tertarik untuk melakukan dual listing.

Contohnya, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang mengaku pihaknya tidak berminat untuk dual listing. BBCA memilih untuk tidak mendua hati ke bursa saham negara lain.

Presiden Direktur BBCA Jahja Setiaatmadja mengaku persyaratan yang ketat menjadi kendalanya. "Saya pernah pelajari mendalam untuk dual listing di New York. Minta ampun ketatnya persyaratannya. Jadi, saya tidak terlalu berminat," kata Jahja kepada KONTAN, Kamis (22/9).

Tak hanya BBCA, PT Astra International Tbk (ASII) juga tidak berminat untuk melakukan dual listing. Investor Relations ASII Tira Ardianti mengatakan, sementara ini ASII tidak ada pemikiran sama sekali untuk dual listing. Pasalnya, ASII sendiri tidak ada kebutuhan dana yang bisa dipenuhi secara efisien dengan dual listing.

"Untuk dual listing, harus diperhatikan benefitnya. Kalau tidak ada kebutuhan maka tidak perlu melakukan dual listing," katanya.

Sementara itu, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) sebagai emiten yang telah listed di NYSE sejak 21 tahun yang lalu berpendapat bahwa manfaat dari dual listing lebih banyak ketimbang cost-nya. Pasalnya TLKM menginginkan kepercayaan investor bukan hanya di Indonesia tapi juga di mancanegara.

"NYSE kami anggap sebagai barometer bursa efek dunia. Aturan US SEC cukup ketat sehingga membantu kita menjaga good governance perusahaan," ujar Vice President Corporate Communication PT Telekomunikasi Indonesia Arief Prabowo.

Menurutnya, tingkat volume perdagangan dan likuiditas saham Telkom cukup tinggi di NYSE karena saham Telkom cukup diminati di sana. Ia menyebutkan, saham TLKM di NYSE per 31 Agustus 7.749.721.780 lembar saham atau 38.748.609 ADS (American Depositary Shares). Dengan rasio saham 1:200.

Tak hanya di NYSE, TLKM juga sempat listed di London Stock Exchange, namun sudah delisted sejak Juni 2014. "Karena transaksi baik nilai maupun frekuensinya yang relatif rendah," katanya.

Sebelumnya, Direktur Utama BEI Tito Sulistio mengatakan bahwa kemungkinan kerja sama dengan NYSE untuk dual listing emiten di sana dengan membawa 10 sampai 15 emiten. Rencananya, kegiatannya akan berupa boot camp pada 24-25 Oktober 2016 mendatang.

Tito mengatakan, bursa sendiri sudah mengundang beberapa perusahaan untuk ikut dalam kegiatan tersebut. Namun demikian, dirinya belum mengetahui siapa saja emiten yang akan dibawa untuk ikut serta.

"Saya belum tahu siapa saja yang akan ikut. Untuk kerja sama dengan New York juga kerahasiaannya ketat," katanya.

Tito mengatakan, BEI ingin membuka kesempatan agar emiten Indonesia lebih banyak dikenal. "Ada banyak juga investor Amerika yang hanya boleh investasi di negaranya sendiri," lanjutnya.

Saat ini, BEI juga tengah membicarakan kerja sama dengan negara lainnya untuk mengembangkan pasar modal. Contohnya, upaya mengembangkan pasar modal syariah bersama otoritas Bursa Malaysia Bhd. Keduanya duduk bersama membicarakan rencana penyambungan perdagangan saham syariah mulai tahun depan.

Kepala Riset Universal Broker Satrio Utomo mengatakan, sesungguhnya untuk bursa sendiri, apabila agendanya adalah untuk memperkenalkan emiten ke mancanegara, ada banyak cara yang lebih murah. Seperti membuka data ke provider penyedia chart yang free untuk seluruh dunia.

"Akan banyak online trader yang tertarik tanpa bursa harus keluar uang banyak dan emiten harus ribet dan mengeluarkan cost yang mahal untuk listing fee," katanya.

Satrio memberi contoh, ISAT yang juga pernah mencatatkan sahamnya di NYSE akhirnya delisted karena cost yang terlalu membebani. "Yang menarik adalah bila bursa bisa membuat perusahaan AS listing di sini karena kita buka saat AS tutup, minat pemodal AS akan sangat tinggi," katanya.

Namun demikian, Satrio mengatakan dual listing dapat membantu emiten untuk mendapatkan pendanaan dari lembaga keuangan mancanegara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×