Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli
Lalu, apabila pemerintah mencoba memacu pertumbuhan ekonomi melalui stimulus moneter maupun fiskal, maka perekonomian Indonesia berpeluang mengalami akselerasi defisit neraca berjalan hingga -1,5% terhadap PDB (skenario bearish). Dengan catatan, pertumbuhan ekonomi stagnan di kisaran 5%, seperti yang pernah terjadi saat overheating di periode 2018-2019.
Selain itu, Indonesia juga menghadapi tantangan menipisnya selisih inflasi dengan AS di semester 2 2024. “Oleh sebab itu, Bank Indonesia diperkirakan akan mengutamakan stabilitas makro dengan memangkas suku bunga lebih rendah dibandingkan potensi pemangkasan suku bunga Federal Reserve,” tutur Lionel.
Baca Juga: Pasar Tenaga Kerja AS Menguat, Aksi Jual di Pasar Obligasi Global Terjadi
Ia memprediksi normalisasi kurva yield dari kondisi flattened dengan pola bull steepener di pasar obligasi pemerintah Indonesia (INDOGB) mulai kuartal III-2024. Sementara, pasar US Treasury memperkirakan normalisasi dari kondisi inverted dengan pola bull steepener pada kuartal IV-2024.
Lionel melihat, Kementerian Keuangan akan melakukan lelang SBN senilai Rp 1.227,9 triliun dengan nilai SBN jatuh tempo sebesar Rp 561,4 triliun pada 2024. Sementara jumlah lelang di pasar obligasi dan sukuk korporasi diprediksi sebesar Rp 175,5 triliun pada 2024 dengan nilai obligasi dan sukuk korporasi jatuh tempo sebesar Rp 135,5 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News