Reporter: Dupla Kartini, Bloomberg | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Rupiah menguat dan siap menuntaskan apresiasinya yang berlangsung di kuartal kedua. Sementara harga obligasi juga naik. Penguatan ini dipicu bertambahnya kepemilikan asing di aset negara setelah ekonom memprediksi inflasi akan turun untuk bulan yang kelima.
Mata uang Garuda ini sudah terapresiasi 1,2% pada kuartal kedua, dan bertengger di level Rp 8.592 per dollar AS, hingga pukul 10.25 pagi di Jakarta. Rupiah mengakhiri pelemahan sebesar 0,7% yang terjadi di bulan ini, setelah anggota parlemen Yunani menyetujui pemotongan anggaran untuk mendapatkan bantuan dari Uni Eropa.
Investor asing menambah kepemilikan di obligasi pemerintah sebesar 4,5% di bulan ini menjadi Rp 235,37 triliun hingga 27 Juni.
Besok, pemerintah akan melaporkan indeks harga konsumen. Ekonom yang disurvei Bloomberg memprediksi, indeks harga konsumen pada Juni akan mengalami kenaikan 5,4% dari tahun sebelumnya. Angka ini melambat dari bulan sebelumnya yang mencapai 5,98%.
Ekonom Oversea-Chinese Banking Corp. Gundy Cahyadi menyebut, kemungkinan inflasi akan lebih rendah besok, sehingga mendukung sentimen di pasar. "Paket penghematan Yunani yang disetujui juga mengangkat sentimen risiko. Ada dukungan untuk reli di pasar," ujarnya.
Hari ini, harga obligasi pemerintah bertenor 10 tahun naik. Sementara, Inter-Dealer Market Association menunjukkan, imbal hasil obligasi yang jatuh tempo Juli 2021 turun tiga basis poin dari 28 Juni lalu menjadi 7,54%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News