kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonomi di 2020 masih menantang, belanja modal cenderung konservatif


Minggu, 05 Januari 2020 / 18:15 WIB
Ekonomi di 2020 masih menantang, belanja modal cenderung konservatif
ILUSTRASI. Layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Anggaran capex yang tidak agresif bukan sesuatu yang buruk bagi perusahaan.


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa konstituen LQ45 tercatat cenderung konservatif dalam memasang anggaran belanja modal alias capital expenditure. Berdasarkan riset Kontan.co.id, emiten tersebut rata-rata memasang anggaran lebih rendah atau sama. Apabila memasang anggaran lebih tinggi, pertumbuhannya di kisaran 10% hingga 20%.

Kepala Riset Koneksi Kapital Indonesia Marolop Alfred Nainggolan mengatakan kondisi ini sejalan dengan tantangan perlambatan ekonomi secara global di tahun 2020. Faktornya masih sama dengan tahun lalu, yakni belum ada kepastian soal perang dagang dan eskalasi geopolitik. “Terlalu konyol juga kalau mencoba terlalu optimistis membudgetkan signifikan, kalau dia tahu perekonomian pertumbuhan mengecil,” kata Alfred kepada Kontan.co.id, Minggu (5/1).

Lagi pula, imbuh Alfred, anggaran capex yang tidak agresif bukan sesuatu yang buruk bagi perusahaan. Selama perusahaan masih menganggarkan capex, dia menilai perusahaan tersebut masih memikirkan ruang pertumbuhan.

Baca Juga: Belanja modal emiten anggota LQ45 cenderung konservatif

“Definisi belanja modal kan aset tetap, jadi ketika punya anggaran belanja modal, meskipun berkurang tetapi tetap ada, itu perusahaan masih memikirkan ruang pertumbuhan. Dengan punya budget belanja modal, mereka masih punya proyek jangka panjang,” jelas dia.

Alfred juga menegaskan bahwa anggaran capex bukan sesuatu yang kaku. Artinya, perusahaan masih bisa melakukan penyesuaian apabila perang dagang mulai mendingin dan pertumbuhan ekonomi membaik.

Sedangkan, Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji menilai perusahaan berkaca dari kondisi tahun lalu di mana banyak target yang belum tercapai dan melihat tahun ini sepertinya pasar belum terlalu menguntungkan, sehingga mereka memasang target yang cenderung konservatif. “Bisa jadi mereka lebih berhati-hati,” jelas Nafan.

Baca Juga: Anggaran belanja modal emiten properti cenderung turun di tahun ini

Meski lebih konservatif, beberapa emiten di LQ45 masih cukup menarik untuk dikoleksi. Alfred merekomendasikan saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) sebagai pemimpin pasar di sektor telekomunikasi. Menurut Alfred, sektor ini masih memiliki ruang tumbuh yang besar mengingat konsumsi masyarakat terhadap telekomunikasi masih tinggi dan bisa dikatakan sudah menjadi kebutuhan pokok.

Selain itu, Alfred juga merekomendasikan sektor barang konsumer, di mana belanja masyarakat masih akan tetap kuat meski kondisi geopolitik memanas. Dia juga masih merekomendasikan sektor properti, terutama karena kondisi salam negeri sudah kembali solid sehingga tingkat keyakinan masyarakat untuk membeli properti cukup tinggi, terutama untuk kebutuhan investasi.

Sedangkan, Nafan menyarankan investor untuk memilih PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dengan target harga jangka pendek Rp 915 dan jangka panjang Rp 1.230. Terutama karena percepatan penyelesaian pabrik feronikel Halmahera Timur yang akan meningkatkan kapasitas total terpasang dari 27.000 ton nikel dalam feronikal (TNi) menjadi 40.500 TNi. Serta upaya pengembangan komoditas bauksit dengan membangun Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Kalimantan Barat. Pendapatan ANTM tahun ini diproyeksikan menjadi Rp 32,9 triliun dengan laba bersih menjadi Rp 1,27 triliun.

Baca Juga: Penurunan suku bunga BI dirasakan tahun ini, begini nasib emiten properti

Kemudian, rekomendasi beli PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dengan target harga jangka pendek Rp 1.690 dan jangka panjang Rp 1.880. Terutama karena hingga tahun 2019, BSDE berhasil mengelola portofolio proyek andalannya yaitu kota mandiri BSD City.

Perusahaan juga masih akan mengembangkan BSD Green Office Park 1 dan Digital Hub sebagai strategi untuk mendapatkan recurring income ke depan. Di sisi lain, perusahaan memiliki landbank yang luas. Sebagai perusahaan properti terbesar di Indonesia, BSDE juga memiliki nilai ekuitas mencapai Rp 32,9 triliun per kuartal III-2019 sehingga memiliki economic moat yang kuat dan susah digoyahkan.

Selain itu, Nafan juga menyarankan saham PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP) dengan target harga jangka panjang Rp 10.975. Kemudian PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dengan target harga jangka panjang Rp 1.910, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan target harga jangka pendek Rp 4.210 dan target harga jangka panjang Rp 4.530, serta PT United Tractors Tbk (UNTR) dengan target jangka pendek maupun Rp 23.775 maupun jangka panjang Rp 27.625.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×