kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.202   22,00   0,14%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Donald Trump terpapar corona buat harga minyak WTI terkoreksi dalam


Minggu, 04 Oktober 2020 / 16:05 WIB
Donald Trump terpapar corona buat harga minyak WTI terkoreksi dalam
ILUSTRASI. Fundamental minyak sendiri sebenarnya kurang baik sehingga tren negatif ini mungkin berlanjut.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah sempat rebound, harga minyak dunia kembali tergelincir dalam dua hari terakhir. Pada penutupan perdagangan Jumat (2/10), minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Desember terkoreksi 4,31% ke level US$ 37,05 per barel.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim menyebut pelemahan minyak yang cukup dalam merupakan efek dari terkejutnya pasar setelah Donald Trump dinyatakan positif Covid-19.

Pasar pun merespons hal ini dengan kekhawatiran sehingga harga minyak pun anjlok. Kendati demikian, Ibrahim menilai, pada esok hari atau lusa kabar ini tidak akan lagi menjadi sentimen penggerak.

"Meski begitu, fundamental minyak sendiri sebenarnya kurang baik sehingga tren negatif ini mungkin berlanjut dan membuat minyak bergerak di kisaran US$ 35 - US$ 38 per barel pada sepekan ke depan," jelas Ibrahim kepada Kontan.co.id, Minggu (4/10).

Baca Juga: Harga minyak anjlok 2% usai Donald Trump dinyatakan positif Covid-19

Ibrahim menyebut, berlimpahnya pasokan minyak dunia saat ini menjadi katalis negatif yang menekan kinerja minyak WTI.

Ia menjelaskan, meskipun berbagai negara produsen sudah memangkas produksi mereka, permintaan yang masih lambat menjadi penyebab pasokan tetap berlebih.

Sebagai gambaran, Ibrahim menyebut jumlah produksi harian minyak WTI dari negara OPEC, non-APEC, dan Amerika Serikat berkisar 100 juta bph.

Sementara itu, China sebagai negara importir minyak terbesar, serapannya hanya sekitar 20%. Bahkan belakangan permintaan dari China hanya setengahnya.

Baca Juga: Positif corona, Donald Trump: Hari berikutnya jadi ujian yang sesungguhnya

"Dengan permintaan dari China belum pulih total, ditambah negara-negara Eropa akan segera kembali melakukan lockdown, sehingga oversupply masih akan terjadi lagi. Bahkan, pemangkasan produksi kembali sepertinya tidak serta merta membuat harga minyak bisa melonjak tinggi," tambah Ibrahim.

Oleh karena itu, Ibrahim memperkirakan, selama pandemi masih berlarut-larut, harga minyak disebutnya tidak akan bisa bergerak signifikan. Hitungannya, harga minyak akhir tahun akan ada di kisaran US$ 40 per barel.

Selanjutnya: Pasokan kembali meningkat, harga minyak tergelincir 4,31% ke US$ 37,05, Jumat (2/10)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×