kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Dolar AS Diproyeksi Masih Perkasa, Simak Pergerakan Rupiah Hingga Akhir Tahun 2022


Kamis, 28 Juli 2022 / 19:26 WIB
Dolar AS Diproyeksi Masih Perkasa, Simak Pergerakan Rupiah Hingga Akhir Tahun 2022
ILUSTRASI. Rupiah diproyeksi mencapai Rp 16.000 per dolar AS di akhir tahun


Reporter: Aris Nurjani | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sempat turun saat Federal Reserve menyampaikan kenaikan suku bunga acuan, indeks dolar Amerika Serikat (AS) kembali rebound. Hal tersebut membuat dolar AS kembali perkasa dihadapan mata uang asing lainnya.

Mengutip Bloomberg, Kamis (28/7) pukul 19.00 WIB, indeks dolar AS berada di level 106,89. Posisi itu, nail 0,41% dibanding hari sebelumnya berada di 106,45.

Analis DCFX Futures Lukman Leong melihat, dengan penguatan indeks dolar As ini, pergerakan rupiah masih akan melemah terhadap dolar. Walau pada hari ini, rupiah tampil perkasa dan ditutup menguat 0,59% ke level Rp 14.922 per dolar AS.

"Dolar masih akan menguat terhadap rupiah hingga akhir tahun. Dan imbal hasil obligasi AS masih akan terus meningkat dan nilai obligasinya pun turun merespon Fed Fund Rate," jelas Lukman kepada Kontan.co.id, Kamis (28/7).

Dia menambahkan, konsensus pasar memperkirakan pada kuartal II dan III tahun 2023, The Fed akan mulai menurunkan suku bunga atau paling tidak menghentikan siklus kenaikan suku bunga.

Baca Juga: Berotot, Rupiah Spot Ditutup Menguat di Level Rp 14.922 Per Dolar AS Hari Ini (28/7)

Sehingga nilai obligasi AS akan stabil dan akan mulai naik. Karena itu, Lukman menyarankan pada kuartal I-2023 dan kuartal II-2023, investor bisa mengalihkan investasi dari dolar AS ke obligasi AS.

Menurut Lukman, hingga saat ini belum ada mata uang yang lebih kuat dan menarik dari dolar AS. Yen Jepang, yang juga dianggap sebagai aset safe haven seperti dolar AS, masih dianggap kurang menarik karena sangat bergantung pada Bank of Japan (BoJ) untuk melakukan intervensi. Terlebih, belakangan yen cenderung melemah terhadap the greenback.

Walau posisi dolar AS perkasa, namun kombinasi sentimen dari dalam negeri dan luar negeri bisa menjadi penopang pergerakan rupiah. Seperti, surplus neraca perdagangan dan harga batubara yang tetap tinggi.

"Kenaikan suku bunga hanya untuk kebutuhan meredam inflasi, apabila inflasi berhasil ditekan tanpa terlalu banyak menekan pertumbuhan ekonomi maka hal ini akan bagus untuk rupiah dan tentu sebaliknya," ujarnya.

Baca Juga: Perkasa, Rupiah Jisdor Menguat ke Rp 14.958 Per Dolar AS Pada Kamis (28/7)

Untuk saat ini, Lukman masih memprediksi indeks dolar AS akan bergerak menuju 110, apabila inflasi AS bisa turun.  "Skenario terburuk indeks dolar AS akan di kisaran 100-101, apabila tekanan inflasi di dolar AS sudah mereda, namun ekonomi juga masih tertekan," kata dia.

Lukman melihat dalam jangka pendek, BI masih cukup kuat dan aktif untuk mempertahankan rupiah di kisaran Rp 15.000, dengan potensi maksimal menuju Rp 15.250 per dolar AS.

"Sementara akhir tahun, ketika suku bunga The Fed sudah mencapai kisaran 3,5%, maka rupiah berpotensi berada di kisaran Rp 15.800 - Rp 16.000 per dolar AS," pungkas Lukman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×