Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jelang pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) di awal November 2020, indeks dolar cenderung bergerak dalam tekanan. Kondisi ini berpotensi berlanjut di jangka panjang tanpa memandang siapa presiden AS yang bakal terpilih nanti.
Analis PT Solid Gold Berjangka Sunarti mengungkapkan, pergerakan mata uang dolar AS dalam sepekan cenderung tertekan terhadap sejumlah mata uang utama lain. Ini terjadi karena optimisme terkait stimulus fiskal AS yang bisa mencapai kesepakatan sebelum pemilu presiden AS pada bulan November mendatang. "Namun penurunan tersebut tampaknya tidak berlanjut melihat trend pergerakan indeks dolar AS yang kembali menguat di awal pekan," ujar Sunarti kepada Kontan.co.id, Senin (26/10).
Sementara itu, perkembangan stimulus AS untuk menekan dampak Covid-19 bagi perekonomian Negeri Paman Sam masih simpang siur. Ini meningkatkan ketidakpastian pasar. Menurut Sunarti, kemungkinan besar RUU paket stimulus Covid-19 lanjutan tak akan disahkan sebelum pemilu AS.
Merespons hal tersebut, indeks dolar yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap mata uang utama dunia berada di kisaran 92,91 atau menguat sekitar 0,18% secara harian.
Baca Juga: Menguat tipis hari ini, kurs rupiah berpotensi koreksi pada Selasa (27/10)
Di tengah negosiasi stimulus yang berkali-kali menemui jalan buntu, pasar juga mencermati dinamika politik yang terjadi di AS jelang pemilu. Hal ini berpotensi menahan penguatan dolar AS dengan hasil poling sementara Joe Biden unggul jelang pilpres AS.
Dalam kampanyenya, Biden juga berjanji bakal mengeluarkan lebih banyak bantuan stimulus Covid-19 dibandingkan Trump. "Siapapun yang memenangkan pemilihan presiden, stimulus AS akan tetap dikeluarkan sehingga akan berimbas negatif bagi greenback," kata Sunarti.
Meskipun begitu, beberapa analis memperkirakan jika Biden yang menang maka jumlah stimulus yang akan digelontorkan jauh lebih besar, artinya potensi aksi jual dolar AS juga bakal lebih besar.
Baca Juga: Rupiah berpotensi melanjutkan tren positif pada perdagangan esok
Sementara itu data ekonomi makro dari AS yang akan diperhatikan pelaku pasar pekan ini yakni data perumahan, durable goods, sentimen konsumen, dan data klaim pengangguran AS. Jika data tersebut lebih baik dari perkiraan, maka dolar AS berpotensi untuk menguat, begitupun sebaliknya jika rilis data lebih buruk dari perkiraan pasar.
"Untuk jangka pendek sebelum pemilihan presiden AS, indeks dolar AS masih berpotensi untuk melakukan recovery," ungkap dia. Namun, untuk jangka panjang hingga semester I-2021, Sunarti menilai indeks dolar AS berpotensi untuk turun bahkan melewati level terendah 20 September lalu di 91,75.
Baca Juga: Jika Biden menang, indeks dolar bisa tertekan lebih dalam
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News