Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Nilai tukar dolar AS bergerak tidak stabil pada Kamis (15/5) pagi, mencerminkan minggu yang penuh gejolak di pasar mata uang.
Sentimen pasar yang sempat pulih akibat kesepakatan jeda tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China kini kembali diliputi kehati-hatian karena belum jelasnya bentuk akhir berbagai kesepakatan dagang global.
Baca Juga: UBS: Orang Kaya Asia Alihkan Investasi dari Dolar AS ke Kripto, Emas, dan Aset China
Salah satu sorotan utama jatuh pada won Korea Selatan, yang sempat mengalami pergerakan tajam setelah muncul laporan bahwa pejabat Korea Selatan dan AS bertemu pekan lalu untuk membahas nilai tukar dolar terhadap won.
Meski demikian, laporan Bloomberg yang menyebut bahwa Washington tidak sedang menegosiasikan pelemahan dolar AS sebagai bagian dari pembicaraan tarif membantu meredakan ketegangan di pasar valuta asing.
Namun, spekulasi bahwa pemerintahan Trump mungkin mentoleransi pelemahan dolar tetap membayangi investor.
"Diskusi mata uang antara AS dan Korea Selatan, serta indikasi bahwa pemerintahan Trump mungkin tidak keberatan dengan dolar yang lebih lemah, telah memperkuat sentimen terhadap won," ujar Kieran Williams, Kepala Divisi FX Asia di InTouch Capital Markets.
Baca Juga: Nilai Tukar Rupiah Berpeluang Menguat pada Kamis (15/5)
Meski menguat, potensi kenaikan won dalam jangka pendek diperkirakan terbatas, seiring ketidakpastian ekonomi domestik dan dinamika geopolitik yang masih tinggi.
Won terakhir diperdagangkan di kisaran 1.410,70 per dolar AS, setelah mencatat penguatan 0,6% pada sesi sebelumnya.
Sementara itu, peso Meksiko bertahan di level 19,38 per dolar, mendekati posisi tertingginya dalam tujuh bulan terakhir.
Di sisi lain, yen Jepang sedikit menguat ke level 146,48 per dolar, tetapi masih dekat dengan level terlemah satu bulan di 148,65 yang sempat disentuh awal pekan ini.
Indeks dolar AS (DXY) yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, stabil di posisi 101, dan berada di jalur kenaikan mingguan keempat berturut-turut.
Baca Juga: Rupiah Spot Menguat 0,39% ke Rp 16.562 per Dolar AS pada Rabu (14/5)
Investor kini menantikan rilis data penjualan ritel AS hari ini serta perkembangan lebih lanjut terkait kesepakatan dagang setelah Washington dan Beijing mengumumkan jeda 90 hari atas sebagian besar tarif yang diberlakukan sejak awal April lalu.
"Kami melihat masih ada ruang bagi dolar untuk menguat dalam beberapa minggu ke depan, seiring pasar menilai ulang prospek ekonomi AS dan global pasca jeda perang dagang AS-China," kata Kristina Clifton, ekonom di Commonwealth Bank of Australia.
Ia memperkirakan indeks dolar bisa naik 2%-3% lagi dalam waktu dekat, dengan euro, pound sterling, dan yen sebagai mata uang yang paling mungkin terkena dampaknya.
Selanjutnya: Harga Emas Spot Naik Tipis ke Level US$3.183,20 Kamis (15/5) Pagi, Ini Pemicunya
Menarik Dibaca: Nilai-nilai dalam Keluarga, Bisa Jadi Inspirasi untuk Buka Usaha
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News