Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah kembali melanjutkan penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (5/6), seiring melemahnya data ekonomi AS yang memicu ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Federal Reserve.
Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot ditutup pada level Rp 16.284 per dolar AS, menguat 0,07% dibanding penutupan hari sebelumnya di Rp 16.295 per dolar AS. Ini menjadi penguatan rupiah selama dua hari berturut-turut.
Baca Juga: Rupiah Spot Menguat 0,05% ke Rp 16.287 per Dolar AS pada Kamis (5/6) Siang
Penguatan rupiah terjadi di tengah pelemahan dolar AS secara global, setelah rilis data yang menunjukkan aktivitas sektor jasa AS mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam hampir satu tahun pada Mei 2025.
Selain itu, data ketenagakerjaan juga menunjukkan pelonggaran di pasar tenaga kerja AS.
Data ekonomi yang lemah tersebut mendorong reli di pasar obligasi AS, sehingga meningkatkan kemungkinan penurunan suku bunga acuan oleh The Fed tahun ini.
Pasar kini memperkirakan probabilitas sebesar 95% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada September, menurut data LSEG.
Namun, pergerakan mata uang di kawasan Asia masih cenderung terbatas karena pelaku pasar cenderung wait and see terhadap perkembangan baru, termasuk data ketenagakerjaan AS yang akan dirilis Jumat (6/6) malam waktu Indonesia.
Baca Juga: Intip Kurs Dollar-Rupiah di BRI, BCA, BNI, dan Mandiri pada Kamis, 5 Juni 2025
Data tenaga kerja yang lebih lemah dari ekspektasi diprediksi dapat mempercepat ekspektasi pemangkasan suku bunga dan menekan dolar AS lebih lanjut.
Survei Reuters memperkirakan non-farm payrolls pada Mei hanya bertambah 130.000, turun dari 177.000 pada April, dengan tingkat pengangguran diperkirakan tetap di 4,2%.
Di sisi lain, pelemahan dolar juga dipicu oleh ketidakpastian arah kebijakan perdagangan Presiden AS Donald Trump yang kembali mengumumkan serangkaian tarif terhadap sejumlah negara, meskipun sebagian di antaranya kemudian ditangguhkan.
Dari sisi teknikal, indeks dolar (DXY) yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama dunia berada di level 98,87 turun sekitar 9% sejak awal tahun, dan berpotensi mencatat kinerja tahunan terburuk sejak 2017.
Sementara itu, euro stabil di US$1,1412 menjelang keputusan suku bunga Bank Sentral Eropa (ECB), dan yen diperdagangkan di level ¥143 per dolar AS.
Baca Juga: Rupiah Spot Menguat 0,12% ke Rp 16.276 per Dolar AS pada Kamis (5/6) Pagi
Dolar Australia dan Selandia Baru juga menguat tipis, masing-masing berada di US$0,6491 dan US$0,603 mendekati level tertinggi dalam tujuh bulan.
Yield obligasi AS tenor 10 tahun berada di 4,363% pada sesi Asia, sedikit di atas posisi terendah empat minggu di 4,349% yang tercapai sehari sebelumnya.
Ekonom Bank of Singapore, Mansoor Mohi-uddin, mengatakan laporan ketenagakerjaan Jumat akan menjadi indikator penting.
“Jika pasar tenaga kerja melemah, dolar AS bisa tertekan lebih dalam,” ujarnya dikutip dari Reuters.
Selanjutnya: Diskon Tarif Jalan Tol 20% Berlaku Mulai Besok! Jangan Lewatkan dan Simak Syaratnya
Menarik Dibaca: Jenius Buka Akses Obligasi Mulai Rp 1 Juta, Sasar Investor Digital Savvy
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News