kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dirut MNC David Fernando: Rugi 30% itu biasa


Sabtu, 29 Desember 2018 / 18:03 WIB
Dirut MNC David Fernando: Rugi 30% itu biasa
ILUSTRASI. David Fernando Audy


Reporter: Auriga Agustina | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ada perjuangan di balik kesuksesan. Agar bisa mencapai sukses, ada proses yang harus dijalani. Begitu pula bila ingin sukses menjadi investor. Proses ini benar-benar dialami oleh David Fernando Audy.

Pria yang kini menjabat sebagai Direktur Utama PT Media Nusantara Citra Tbk ini sudah memikirkan investasi sejak usianya menginjak 20 tahun. David ingat betul pengalaman pertamanya berinvestasi.

Kala itu dirinya masih menjadi mahasiswa di University of New South Wales (UNSW), Sidney, Australia. Berangkat dari materi kuliah yang ia dapat, David mencoba langsung berinvestasi.

Namanya mahasiswa, kantongnya pun pas-pasan. Mau investasi di surat utang, butuh dana yang cukup besar. Menempatkan duit di tabungan, bisa saja. Tapi, David sadar bunganya kecil. Imbal hasilnya kurang memuaskan.

Setelah mempertimbangkan sejumlah instrumen, David akhirnya menjatuhkan pilihan pada instrumen investasi saham. "Saham pilihan yang cocok karena dengan modal kecil pun kita bisa berinvestasi," kisah dia.

David melakukan investasi di bursa saham Australia, Australian Securities Exchange (ASX). Lantaran tidak punya banyak uang, alumni UNSW angkatan 1997 ini menggunakan uang kuliahnya untuk berinvestasi di pasar saham.

Memang, David sempat mencicipi manisnya cuan investasi saham. Ia mengaku pernah menghasilkan keuntungan berlipat ganda. Tentu saja, ia juga kerap mengalami kerugian.

Menurut David, selama dirinya melakukan investasi, ia melewati lima momen pasar saham hancur. Bahkan, ia pernah kehilangan hampir semua modal yang ia investasikan.

Salah satunya, ketika fenomena dotcom bubble meletus di 2001 silam. Anda mungkin sudah tahu, ini adalah sebutan untuk fenomena di mana pelaku pasar terlalu optimistis terhadap kinerja perusahaan berbasis internet kala itu. Namun ternyata, harga saham teknologi di bursa saham Nvasdaq ambrol.

David merasakan dampaknya. Sialnya, David yang kala itu masih berusia 22 tahun menggunakan uang kuliahnya. "Saya terpaksa mencari pekerjaan sampingan," kenang David. Ia juga cuma bisa makan mi instan.

Jangan gegabah

Tapi dari pengalamannya tadi, David mendapat pelajaran berharga: gunakan dana menganggur untuk dana investasi. Dengan begitu, hidup berasa lebih tenang. "Bisa tidur nyenyak sembari membiarkan compounding returns melakukan keajaibannya dalam jangka panjang," ungkap David.

Pria kelahiran 1979 ini masih tetap berinvestasi saat ini. Total, sudah 19 tahun David berinvestasi. Bahkan, investasi saham sudah seperti bagian dari hidupnya.

Tentu David masih mengalami rugi. Tapi, ada keuntungan setelahnya. "Hanya dua hal yang bisa membuat orang menjadi kaya dalam semalam, lotere atau mendapat warisan," imbuh David.

Rugi 30% bahkan hingga 50% setelah membeli saham menurut David merupakan hal yang biasa. Tapi dia berprinsip, jangan panik dan jangan gegabah cut loss. Sebab, masih ada kemungkinan untung hingga 100%.

Ia juga berprinsip, beli saham saat orang lain panik dan melepas saham. Sebaliknya, jual ketika orang lain berebut membeli. Tentu, investor tetap harus mempertimbangkan segala aspek.

Dia mengaku, dirinya merupakan investor yang cenderung konservatif. Selain lebih nyaman melakukan investasi jangka panjang, David juga meyisipkan properti sebagai salah satu portofolio pribadinya.

David melakukan investasi dalam bentuk rumah dan tanah. Keduanya merupakan investasi favorit David di sektor properti. "Itu juga menjanjikan, untuk mengurusnya juga tidak memakan waktu terlalu banyak," tutur David.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×