kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Dirut MNC David Fernando: Rugi 30% itu biasa


Sabtu, 29 Desember 2018 / 18:03 WIB
Dirut MNC David Fernando: Rugi 30% itu biasa
ILUSTRASI. David Fernando Audy


Reporter: Auriga Agustina | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ada perjuangan di balik kesuksesan. Agar bisa mencapai sukses, ada proses yang harus dijalani. Begitu pula bila ingin sukses menjadi investor. Proses ini benar-benar dialami oleh David Fernando Audy.

Pria yang kini menjabat sebagai Direktur Utama PT Media Nusantara Citra Tbk ini sudah memikirkan investasi sejak usianya menginjak 20 tahun. David ingat betul pengalaman pertamanya berinvestasi.

Kala itu dirinya masih menjadi mahasiswa di University of New South Wales (UNSW), Sidney, Australia. Berangkat dari materi kuliah yang ia dapat, David mencoba langsung berinvestasi.

Namanya mahasiswa, kantongnya pun pas-pasan. Mau investasi di surat utang, butuh dana yang cukup besar. Menempatkan duit di tabungan, bisa saja. Tapi, David sadar bunganya kecil. Imbal hasilnya kurang memuaskan.

Setelah mempertimbangkan sejumlah instrumen, David akhirnya menjatuhkan pilihan pada instrumen investasi saham. "Saham pilihan yang cocok karena dengan modal kecil pun kita bisa berinvestasi," kisah dia.

David melakukan investasi di bursa saham Australia, Australian Securities Exchange (ASX). Lantaran tidak punya banyak uang, alumni UNSW angkatan 1997 ini menggunakan uang kuliahnya untuk berinvestasi di pasar saham.

Memang, David sempat mencicipi manisnya cuan investasi saham. Ia mengaku pernah menghasilkan keuntungan berlipat ganda. Tentu saja, ia juga kerap mengalami kerugian.

Menurut David, selama dirinya melakukan investasi, ia melewati lima momen pasar saham hancur. Bahkan, ia pernah kehilangan hampir semua modal yang ia investasikan.

Salah satunya, ketika fenomena dotcom bubble meletus di 2001 silam. Anda mungkin sudah tahu, ini adalah sebutan untuk fenomena di mana pelaku pasar terlalu optimistis terhadap kinerja perusahaan berbasis internet kala itu. Namun ternyata, harga saham teknologi di bursa saham Nvasdaq ambrol.

David merasakan dampaknya. Sialnya, David yang kala itu masih berusia 22 tahun menggunakan uang kuliahnya. "Saya terpaksa mencari pekerjaan sampingan," kenang David. Ia juga cuma bisa makan mi instan.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×