Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Calon Direksi Bursa Efek Indonesia (BEI) siap berkompetisi. Sudah ada lima paket calon direksi BEI yang dipimpin oleh Samsul Hidayat, Abiprayadi Riyanto, Tito Sulistio, Reynaldi Hermansjah, dan Ronald T. Andi Kasim.
Ada banyak harapan yang ditujukan kepada calon pemimpin pasar modal Indonesia. Analis MNC Securities, Reza Nugraha mengatakan, Direksi BEI harus memiliki pengalaman cukup lama di industri pasar modal. Dengan demikian, Reza berharap kebijakan yang diambil nantinya tidak hanya teoritis, tetapi sudah diperhitungkan secara matang.
Reza mencontohkan soal kebijakan fraksi harga yang diperkecil. Kebijakan ini kahirnya membuat investor susah bertransaksi trading karena nilai kenaikannya kecil. "Direktur baru harus bisa menangkap permasalahan seperti ini," ujar Reza kepada KONTAN, Selasa (14/4).
Terhadap calon direksi BEI yang ada, pilihan Reza jatuh pada Tito. Menurutnya, Tito merupakan sosok yang memiliki pengalaman tinggi di pasar modal. Tito pernah menjabat sebagai Komisaris di BEI, komisaris di Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) serta berbagai jabatan eksekutif di emiten.
Direktur Eksekutif Asosiasi Emiten Indonesia, Isakayoga berpendapat, Direksi baru BEI harus bisa menciptakan suasana pasar modal yang lebih nyaman dan kondusif. Untuk itu, calon Direksi harus memiliki konsep yang kuat terkait pasar modal.
Selain itu, Direksi juag bisa membuat lebih banyak emiten masuk ke bursa. Tugas ini menurut Isakayoga lebih tepat dilakukan oleh seorang Direksi yang berasal dari perusahaan efek atau sekuritas. Menurutnya, anggota Direksi BEI yang berasal dari sekuritas akan mampu menarik lebih banyak perusahan masuk bursa. Maklum, sekuritas memiliki pengalaman sebagai underwriter.
Lebih lanjut, pasar modal di Indonesia akan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Untuk itu, dibutuhkan sosok pemimpin yang bisa membawa pasar modal di Indonesia bersaing dengan bursa regional. Dengan direksi yang memiliki pengalaman sebagai sekuritas, tentu ada pengalaman marketing untuk mencari calon emiten yang tidak hanya dari dalam negeri, namun juga dari luar negeri. Direksi dari sekuritas juga memiliki pengalaman lebih dalam menambah investor, mengingat sekuritas memiliki jaringan investor yang cukup luas. "Kalau dari kriteria tersebut memang condong ke Pak Abiprayadi," ungkap Isakayoga.
Ketua Masyarakat Investor Sekuritas Indonesia (MISSI), Sanusi berharap Direksi baru nantinya bersedia mendengarkan pendapat dari investor publik. Selain itu, BEI ke depan juga diharapkan lebih independen dan tidak terlalu tunduk pada OJK.
Untuk sosok Direksi BEI, Sanusi ingin seseorang yang mampu mengakomodasi investor publik. Salah satunya dengan melibatkan investor di setiap pengambilan kebijakan. Menurutnya, kebijakan BEI saat ini banyak yang merugikan investor, seperti kebijakan fraksi harga. Oleh karena itu, Sanusi tidak ingin Direksi ke depan adalah pejabat incumben. Demikian juga dengan direksi yang berasal dari BUMN karena dikhawatirkan akan lebih mudah mendapat intervensi pemerintah. "Saya lebih suka Pak Abiprayadi karena dari sekuritas besar yang pasti mempunyai banyak pengalaman di pasar modal," paparnya.
Baik Reza, Isakayoga, maupun Sanusi berharap BEI mampu menjaring lebih banyak emiten sehingga investor pun menjadi lebih ramai. Reza melihat perusahaan terutama Badan Usaha Milik Negara (BUMN) banyak yang memiliki kinerja baik namun belum terdaftar di BEI. Jumlah emiten di BEI pun tergolong kecil, hanya sekitar 500 emiten. Jumlah ini jauh lebih kecil jika dibanding dengan negara-negara lain di Asia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News