Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah menguat pada Jumat lalu (27/9). Di pasar spot, rupiah menguat 0,26% ke Rp 15.125 per dolar Amerika Serikat (AS) dan kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) 0,21% ke Rp 15.138 per dolar AS.
Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong mengatakan, penguatan rupiah didukung faktor eksternal. "Rupiah didukung sentimen positif stimulus besar dari China," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (29/9).
Untuk Senin (30/9), rupiah berpotensi berbalik arah dan mengalami pelemahan. Meski begitu, pergerakan ke bawah akan cenderung terbatas.
Lukman menyebutkan, kendati data inflasi PCE AS yang lebih lemah dari perkiraan, tetapi eskalasi di Timur Tengah mendukung dolar AS. Di sisi lain, investor juga menantikan data manufaktur China pada Senin (30/9) pagi.
Eskpektasi pasar, kata Lukman, data tersebut akan membaik. "Untuk data official dari National Bureau of Statistics of China (NBS) ekspektasi menjadi 49,5 dari 49,1 di bulan lalu, seangkan dari Caixin menjadi 50,5 dari 50,4," sebutnya.
Baca Juga: Rupiah Spot Menguat ke Rp 15.125 Per Dolar, Jumat (27/9) Terkerek Aliran Dana Asing
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi justru menilai rupiah berpotensi menguat. Greenback mulai memangkas kerugian setelah data menunjukkan klaim pengangguran mingguan AS turun 4.000 ke level terendah selama 4 bulan yakni 218.000.
Laporan lain menunjukkan laba perusahaan meningkat pada kecepatan yang lebih kuat daripada yang diperkirakan sebelumnya pada kuartal II, sementara produk domestik bruto (PDB) tumbuh pada 3% yang tidak direvisi. "Ukuran pesanan baru untuk barang modal utama buatan AS secara tak terduga naik pada bulan Agustus, meskipun pengeluaran bisnis untuk peralatan tampaknya telah berkurang pada kuartal ketiga," kata Ibrahim.
Dari dalam negeri, pasar merespons positif terhadap laporan kondisi utang pemerintah per akhir Agustus 2024 mencapai Rp 8.461,93 triliun. Jumlah itu turun Rp 40,76 triliun dibandingkan bulan sebelumnya senilai Rp 8.502,69 triliun.
Seiring dengan jumlah utang yang menurun, rasio utang terhadap PDB juga turun jelang Presiden Joko Widodo (Jokowi) lengser menjadi 38,49%. Bulan sebelumnya masih 38,68%.
Rasio utang per akhir Agustus 2024 yang mencapai 38,49% terhadap PDB, tetap konsisten terjaga di bawah batas aman 60% PDB sesuai UU Nomor 17/2003 tentang Keuangan Negara. Pemerintah tidak khawatir sebab diproyeksikan akan terjadi arus cas masuk ke pasar-pasar berkembang seperti Indonesia usai Fed Fund Rate atau suku bunga The Fed turun 50 basis point pada bulan ini.
"Untuk perdagangan Senin, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp 15.030 - Rp 15.140 per dolar AS," kata Ibrahim memprediksi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News