kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   0,00   0,00%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Dibayangi Katalis Negatif, Saham-saham Emiten Ritel Perlu Dicermati Lagi


Selasa, 05 Juli 2022 / 18:43 WIB
Dibayangi Katalis Negatif, Saham-saham Emiten Ritel Perlu Dicermati Lagi
ILUSTRASI. Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (9/5/2022). Emiten-emiten ritel tengah diliputi katalis negatif, analis beri rekomendasi saham. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/pras.


Reporter: Kenia Intan | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten-emiten ritel tengah diliputi katalis negatif. Ketidakpastian ekonomi global dan kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) dari 10% menjadi 11% pada bulan April 2022 yang lalu menjadi pemberatnya. 

Analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya menjelaskan, kenaikan PPN memang tidak substansial untuk saat ini.  Akan tetapi, peningkatan PPN itu  bisa mempengaruhi emiten-emiten ritel dalam jangka panjang. 

"Kami percaya hal ini memiliki dampak jangka panjang pada konsumen mengingat ketidakpastian ekonomi global saat ini," jelasnya dalam risetnya, Jumat (30/6). 

Sepengamatannya, peningkatan PPN di tengah ketidakpastian global berpotensi mengerek biaya operasional pengecer. Pada akhirnya akan meningkatkan harga yang harus dibayar oleh konsumen sehingga berpotensi mengurangi permintaan konsumen. 

Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham-saham Tambang Batubara yang Menarik dari Analis

Lebih lanjut dijelaskan, kenaikan inflasi secara secara global dapat mempengaruhi kenaikan harga-harga di dalam negeri. Di sisi lain, berlanjutnya perang antara Ukraina dan Rusia dikhawatirkan meningkatkan harga barang dan jasa, serta memberi tekanan tambahan pada rantai pasokan. 

Christine sebenarnya masih optimis terhadap sektor ritel, akan tetapi lebih berhati-hati di sektor ritel. Mengingat, daya beli masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah yang masih lemah di tengah biaya operasional yang lebih tinggi dan inflasi yang meningkat. 

"Kami menurunkan rekomendasi overweight kami menjadi Netral," jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (5/7). 

Adapun beberapa saham ritel yang dicermatinya direkomendasikan hold untuk RALS dan ACES dengan target harga masing-masing Rp 585 per saham dan Rp 790 per saham. Sementara untuk LPPF dan MAPI disarankan buy dengan target harga masing-masing Rp 4.8190 per saham dan 925 per saham. 

Senada, Kepala Riset Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya mengungkapkan, kenaikan PPN memang bisa mengurangi daya beli masyarakat. Apalagi inflasi mulai meningkat akibat kenaikan bahan makanan pokok.

Baca Juga: ARKO, TRGU dan CHEM Masuk Masa Penawaran, Begini Prospeknya Menurut Analis

Cheril memperkirakan, daya beli yang menurun akan mendorong masyarakat cenderung membeli barang-barang yang dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari. Dus, emiten-emiten dengan produk barang-barang elektronik berpotensi terdampak signifikan.

Sementara, emiten-emiten ritel yang menjual kebutuhan pokok seperti AMRT memiliki peluang bertahan lebih besar.  

 



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×