kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Di tengah pandemi, volume penjualan dan produksi Lotte Chemical (FPNI) kompak naik


Rabu, 06 Januari 2021 / 17:05 WIB
Di tengah pandemi, volume penjualan dan produksi Lotte Chemical (FPNI) kompak naik
ILUSTRASI. Lotte Chemical


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Yudho Winarto

Adapun biaya konversi (total biaya produksi, selain dari biaya bahan baku utama) menurun menjadi US$ 148 per MT dari sebelumnya US$ 163 per MT.

Calvin mengatakan, petrokimia merupakan jenis bisnis komoditas yang harganya tidak bisa dikontrol oleh Perseroan. Faktor penentuan harga, baik produk jual maupun bahan baku, tergantung dari kapasitas global. Selain itu, harga juga bergantung dari bahan baku petrokimia, yakni minyak bumi.

Sebagai gambaran, per kuartal ketiga 2020 FPNI membukukan pendapatan bersih senilai US$ 225,68 juta, menurun 16% dari realisasi pendapatan bersih di periode yang sama tahun sebelumnya yakni US$  268,6 juta.

Namun, laba bersih FPNI berhasil meningkat sebesar 300%, dari sebelumnya US$ 673.000 menjadi US$ 2,81 juta.

Baca Juga: Lotte Chemical membidik produsen jeriken

Singkat cerita, naiknya laba bersih ini diakibatkan adanya internal restructuration untuk kepemilikan saham PT Lotte Chemical Titan Nusantara (LCTN), di mana FPNI menerima manfaat pajak penghasilan neto sebesar US$ 2,85 juta. 

Adapun saat ini FPNI memiliki secara langsung saham LCTN sebesar 99,85% dalam rangka perampingan struktur Grup Perusahaan.

Tahun ini, meskipun pagebluk masih belum berkesudahan, Calvin melihat prospek bisnis petromkina untuk industri plastik dan kemasan masih cukup solid.

Permintaannya pun diperkirakan masih cukup stabil. “Tetapi kami harus melihat faktor harga. Harga tidak ada yang tahu dan sangat volatile,” pungkas dia.

Tahun lalu, FPNI menyerap belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai US$ 4,8 juta yang mayoritas digunakan untuk perawatan (maintenance). Untuk tahun ini, Calvin memproyeksi alokasi capex tidak akan banyak berubah dari tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×