Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Lotte Chemical Titan Tbk (FPNI) mencatatkan kenaikan kinerja operasional di tengah pandemi.
Per kuartal ketiga 2020, emiten produsen bahan petrokimia ini mencatatkan volume produksi sebanyak 251.000 metric ton (MT), naik 12% dari realisasi di periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya 224.000 MT.
FPNI juga mencatatkan kenaikan sebesar 7% pada volume penjualan (termasuk importasi), yakni menjadi 259.000 MT. Sebagai perbandingan, penjualan FPNI sebesar 241.000 MT di kuartal ketiga 2019.
Direktur Lotte Chemical Titan Calvin Wiryapranata mengatakan, industri petokimia menjadi salah satu industri yang cukup minim terdampak Covid-19.
Calvin mengatakan, dari sisi operasional yakni aktivitas produksi maupun penjualan, pengaruhnya tidak terlalu signifikan terhadap FPNI.
Baca Juga: Lakukan perampingan, Lotte Chemical Titan (FPNI) laksanakan likuidasi anak usaha
Hanya saja, permintaan memang sempat tergangu pada awal masa pandemic, khususnya permintaan di pasar domestik.
“Namun perlahan mulai pulih. Apalagi produksi petrokimia, yang memproduksi bahan baku packaging (kemasan). Permintaan produk plastik tetap baik selama pandemi,” ujar Calvin saat paparan publik secara virtual, Rabu (6/1).
Bahkan, saat pasar domestik mulai berbenah dan pulih, saat itu pula pasar ekspor terbuka lebar. Perekonomian China mulai kembali pulih dan industri di Negeri Tirai Bambu tersebut mulai berjalan. Alhasil, ada peningkatan ekspor untuk menyeimbangkan permintaan domestik.
Hanya saja, per 30 September 2020, FPNI mengalami penurunan spread margin. Calvin menjabarkan, spread margin per kuartal ketiga 2020 sebesar US$ 149 per MT, turun dari realisasi spread margin pada periode yang sama tahun sebelumnya yakni US$ 198 per MT.
Adapun biaya konversi (total biaya produksi, selain dari biaya bahan baku utama) menurun menjadi US$ 148 per MT dari sebelumnya US$ 163 per MT.
Calvin mengatakan, petrokimia merupakan jenis bisnis komoditas yang harganya tidak bisa dikontrol oleh Perseroan. Faktor penentuan harga, baik produk jual maupun bahan baku, tergantung dari kapasitas global. Selain itu, harga juga bergantung dari bahan baku petrokimia, yakni minyak bumi.
Sebagai gambaran, per kuartal ketiga 2020 FPNI membukukan pendapatan bersih senilai US$ 225,68 juta, menurun 16% dari realisasi pendapatan bersih di periode yang sama tahun sebelumnya yakni US$ 268,6 juta.
Namun, laba bersih FPNI berhasil meningkat sebesar 300%, dari sebelumnya US$ 673.000 menjadi US$ 2,81 juta.
Baca Juga: Lotte Chemical membidik produsen jeriken
Singkat cerita, naiknya laba bersih ini diakibatkan adanya internal restructuration untuk kepemilikan saham PT Lotte Chemical Titan Nusantara (LCTN), di mana FPNI menerima manfaat pajak penghasilan neto sebesar US$ 2,85 juta.
Adapun saat ini FPNI memiliki secara langsung saham LCTN sebesar 99,85% dalam rangka perampingan struktur Grup Perusahaan.
Tahun ini, meskipun pagebluk masih belum berkesudahan, Calvin melihat prospek bisnis petromkina untuk industri plastik dan kemasan masih cukup solid.
Permintaannya pun diperkirakan masih cukup stabil. “Tetapi kami harus melihat faktor harga. Harga tidak ada yang tahu dan sangat volatile,” pungkas dia.
Tahun lalu, FPNI menyerap belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai US$ 4,8 juta yang mayoritas digunakan untuk perawatan (maintenance). Untuk tahun ini, Calvin memproyeksi alokasi capex tidak akan banyak berubah dari tahun lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News