Reporter: Rashif Usman | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) baru-baru ini menghentikan sementara (suspensi) perdagangan saham dari beberapa emiten yang terhitung baru melantai.
Tercatat, ada empat saham yang mengalami suspensi pada perdagangan Senin (20/1), yaitu PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU), PT Abadi Nusantara Hijau Investama Tbk (PACK), PT Fimperkasa Utama Tbk (FIMP) dan PT Raja Roti Cemerlang Tbk (BRRC).
Padahal, keempat emiten tersebut belum lama ini melaksanakan penawaran umum perdana (IPO). Misalnya, RATU baru saja resmi mencatatkan sahamnya di BEI pada Rabu (8/1/2025), sementara BRRC menyusul sehari setelahnya.
Di sisi lain, PACK sudah melantai terlebih dahulu di BEI pada 8 Oktober 2024 dan FIMP tercatat di BEI pada 9 April 2021 lalu.
Selain itu, saham-saham yang baru saja tercatat di Bursa Efek Indonesia pada Januari 2025, seperti PT Kentanix Supra International Tbk (KSIX) dan PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK), telah masuk dalam kategori Unusual Market Activity (UMA).
Baca Juga: Menakar Efek Trump 2.0 dan Potensi January Effect di Pasar Saham
Nah, jika pergerakan saham-saham tersebut tetap tidak wajar setelah status UMA, otoritas pasar dapat mengambil langkah untuk menyuspensi perdagangan saham-saham tersebut.
Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas menjelaskan kejadian suspensi saham merupakan hal yang lumrah terjadi, terutama pada saham-saham yang baru saja melakukan IPO, di mana pergerakan harga sahamnya cenderung volatile.
Oleh karena itu, tidak bisa langsung disimpulkan bahwa hal tersebut mencerminkan kondisi fundamental yang buruk atau sebaliknya.
Justru, saham-saham yang terkena suspensi maupun UMA, baik karena lonjakan atau penurunan harga yang tajam, merupakan bagian dari upaya otoritas untuk melindungi investor agar dapat lebih memahami pergerakan saham tersebut.
Baca Juga: IHSG Menguat ke 7.181 Hari Ini (21/1), BBRI, BREN, TLKM Paling Banyak Net Buy Asing
Dari sisi fundamental, valuasi yang ditawarkan sangat bervariasi dan ada juga saham yang mengalami kenaikan karena dianggap memiliki valuasi menarik serta kinerja yang baik, atau secara keseluruhan cukup solid dalam menghasilkan laba.
"Pelaku pasar perlu mencermati fundamental dan prospek jangka panjangnya," kata Sukarno kepada Kontan, Selasa (21/1).
Selain itu, penting untuk mencermati siapa yang berada di belakang saham tersebut.
Sukarno juga menjelaskan untuk saham IPO, apabila belum sepenuhnya memahami karakteristiknya, sebaiknya strategi trading plan dilakukan dengan pendekatan jangka pendek. Namun, jika saham tersebut memiliki fundamental yang kuat, seperti potensi laba yang besar investor bisa mempertimbangkan untuk hold.
Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham AKRA, BBTN, dan ACES Untuk Rabu (22/1)
Senada, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan menilai tindakan suspensi oleh otoritas bertujuan untuk melindungi investor, terutama dari aksi pergerakan saham yang tidak wajar.
Pergerakan harga yang tidak sesuai fundamental sering kali terjadi pada emiten yang baru IPO, dan suspensi menjadi langkah preventif untuk mencegah dampak negatif yang lebih besar.
Jika otoritas membiarkan aksi kenaikan harga yang tidak wajar, ada risiko besar bagi investor, terutama investor pemula yang tergiur oleh lonjakan harga saham dan memutuskan untuk ikut membeli tanpa memahami fundamentalnya.
"Hal ini berpotensi merugikan mereka jika harga saham turun signifikan setelahnya," terang Ekky kepada Kontan, Selasa (21/1).
Baca Juga: IHSG Berpotensi Menguat di Perdagangan Rabu (22/1), Ini Rekomendasi Saham Untuk Esok
Dengan suspensi, otoritas memberikan sinyal penting agar investor lebih berhati-hati dan memahami risiko sebelum mengambil keputusan investasi.
Secara umum beberapa kinerja emiten tersebut belum terlalu solid mengingat usia pencatatan yang masih baru, sehingga pergerakan saat ini memang lebih cenderung ke sentimen pasar dibandingkan fundamental.
Ekky menyoroti, harga saham PACK misalnya saat ini jelas tidak mencerminkan kinerja fundamentalnya. Hal ini terjadi tanpa adanya volume yang signifikan, sehingga pergerakan bisa dibilang tidak wajar.
Untuk trading plan saham yang baru IPO, lanjut Ekky, pendekatannya harus jangka pendek dengan target cut loss yang ketat, serta tidak untuk ekspektasi jangka panjang.
Baca Juga: IHSG Naik 5 Hari, Cek Proyeksi dan Rekomendasi Saham Untuk Rabu (22/1)
Founder Stocknow.id, Hendra Wardana menambahkan otoritas pasar sebenarnya sudah melakukan berbagai tahapan pengawasan sebelum perusahaan melantai di bursa. Namun dinamika pasar yang kompleks tetap bisa memunculkan situasi tak terduga.
Hendra memandang kinerja fundamental emiten tersebut dengan hati-hati, terutama setelah masuknya mereka ke kategori UMA. Kinerja ke depan sangat bergantung pada cara emiten mengelola bisnis inti, menjaga pendapatan, dan mengatasi tantangan operasional.
"Jika fundamental perusahaan kuat, prospek pertumbuhan tetap bisa positif meskipun ada volatilitas jangka pendek," tambah Hendra kepada Kontan, Selasa (21/1).
Dalam situasi yang dinamis ini, pelaku pasar harus tetap waspada dan terus memantau berita serta perkembangan dari otoritas untuk menyesuaikan strategi investasi mereka secara proaktif.
Selanjutnya: Tahun Baru, Ambil Peluang Penghasilan Tambahan dari Ajak Relasi Buka Deposito
Menarik Dibaca: Begini Jurus BCA Mendorong Pengembangan UMKM di Indonesia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News