kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Depresiasi rupiah mengikis margin emiten farmasi


Senin, 06 Agustus 2018 / 07:22 WIB
Depresiasi rupiah mengikis margin emiten farmasi
ILUSTRASI. Apoteker meracik obat di Apotek


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Depresiasi rupiah menjadi beban bagi sejumlah emiten, termasuk emiten farmasi. Kemampuan emiten farmasi untuk mencetak cuan menurun, sebab, bahan baku di industri ini masih sangat tergantung impor.

Lihat saja, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF). Secara tahunan, laba bersih perusahaan meningkat. Tapi, kinerja kuartalan agak melambat, terlihat dari sisi margin laba kotor.

Berdasarkan data Bloomberg, kuartal II-2018, margin laba kotor KLBF sekitar 47%. Angka ini turun dibanding kuartal sebelumnya, yakni 48%. Sedang margin laba bersih stabil di level 11%.

Kondisi sedikit berbeda dialami PT Kimia Farma Tbk (KAEF). Margin laba bersih emiten ini naik jadi 4% dari sebelumnya hanya 2%. Tapi, level tersebut belum sebaik margin laba bersih kuartal IV-2017 yang mencapai 7%.

Presiden Direktur KLBF Vidjongtius tak menampik penurunan margin akibat depresiasi rupiah. "Melemahnya rupiah menaikkan harga pokok produk kami," ujar dia, belum lama ini.

KLBF sudah memiliki strategi menetralisir depresiasi rupiah. Caranya, menyiapkan cash berupa dollar AS dalam jumlah tertentu. Tapi, cara itu tak cukup ampuh menahan pelemahan rupiah.

Dus, mau tidak mau KLBF akan mengerek harga jual sejumlah produk mulai Agustus dan September. Diharapkan, strategi itu bisa menetralisir dampak depresiasi rupiah.

"Tidak semua harga produk kami naikkan, hanya beberapa produk consumer health dan nutrisi," kata Vidjongtius. Kenaikan harga fleksibel menyesuaikan tingkat inflasi.

Menurut Mimi Halimin, analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, meski depresiasi rupiah berdampak terhadap KLBF, bukan berarti  sinyal negatif untuk periode selanjutnya. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan memberikan efek positif bagi sektor farmasi.

"KLBF menerima benefit tersebut. Terlebih, KLBF memiliki teknologi dan penelitian yang berkesiambungan," jelas Mimi dalam riset 2 Agustus.

Dia menyarankan trading buy KLBF. Namun, karena performa di bawah ekspekasi, dia menurunkan target harga jadi Rp 1.550 per saham. Jumat, KLBF di level Rp 1.300.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×