kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Nasib Indeks LQ45 tergantung keputusan The Fed


Senin, 06 Agustus 2018 / 05:05 WIB
Nasib Indeks LQ45 tergantung keputusan The Fed


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks harga saham emiten LQ45 masih dihadapkan oleh sentimen negatif hingga akhir tahun, yang berpotensi menekan kinerja indeks sepanjang 2018. Berdasarkan Bloomberg, indeks saham LQ45 secara year to date (ytd) sudah terkoreksi hingga 11,97%.

Koreksi tersebut dua kali lipat lebih dalam, dari koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara ytd yang terkoreksi 5,48%.

Adapun emiten LQ45 yang harga sahamnya paling tertekan menurut Bloomberg adalah, PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) sebanyak 33,39% ytd, diikuti PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) 32,57%, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) 31,37%, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) koreksi 29% dan PT PP Tbk (PTPP) 26,14%.

Senior Analis Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar mengungkapkan, sentimen penekan indeks LQ45 berasal dari kondisi nilai tukar rupiah yang melemah Rp 14.500 per dollar AS. Apalagi, dengan kekhawatiran bahwa Bank Sentral AS akan menaikkan suku bunga acuanya dua kali lagi tahun ini.

"Itu akan pengaruhi struktur nilai tukar menjadi lebih dalam lagi nantinya. Itu juga jadi faktor penentu utama indeks LQ45 dan IHSG sampai akhir tahun. Itu jadi faktor pemberatnya," ujar William kepada Kontan, Jumat (3/8).

Dengan begitu, fokus pemerintah dan pelaku pasar ke depan cenderung tertuju pada pergerakan nilai tukar rupiah. Kondisi tersebut juga akan memberikan tekanan lebih kepada indeks.

Di saat kondisi seperti ini, William hanya merekomendasikan dua emiten kepada investor, yakni saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT). Menurutnya, kedua saham tersebut memiliki ruang upside yang lebih besar, meskipun sepanjang 2018 masih mencatatkan koreksi masing-masing 20,30% dan 5,88%.

Untuk HMSP, investor sudah bisa akumulasi beli di saat harga berada di bawah Rp 3.800. Pada penutupan perdagangan Jumat (3/8) saham HMSP ditutup pada harga Rp 3.770.

"Akumulasi beli masih memungkinkan untuk akhir tahun. Untuk masuk sekarang juga masih memungkinkan dengan target harga Rp 4.200," ujarnya.

Sedangkan untuk saham WSKT yang ditutup pada harga Rp 2.080 pada Jumat (3/8), William menilai ruang upside hingga akhir 2018 lebih dari 50%. Apalagi target harga dari Parama Alfa Sekuritas hingga akhir tahun adalah Rp 4.200.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×