Reporter: Yuliana Hema | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekanan jual pada harga emas masih terus berlanjut. Hal ini turut memengaruhi kinerja emiten emas di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Berdasarkan data Bloomberg, emas di pasar spot tercatat turun 0,08% ke level US$ 4.116,10 per ons troi pada perdagangan Kamis (23/10/2025) pukul 17:45 WIB.
Pelemahan juga terjadi pada harga emas produk PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) alias Antam. Melansir laman resmi logam mulia milik Antam, harga emas Antam turun Rp 16.000 per gram menjadi dari Rp 2.337.000 per gram.
Baca Juga: Harga Emas Dunia Turun Tajam, Saham Emiten Tambang di BEI Kompak Melemah Rabu (22/10)
Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas Fath Aliansyah Budiman bilang biasanya penurunan suatu komoditas maupun harga saham terjadi ketika animo pelaku pasar sangat tinggi dan memasang pandangan yang optimis.
“Ada potensi terjadi koreksi lanjutan akibat panic selling oleh pelaku pasar karena harga emas yang melambung tinggi tiba-tiba turun dalam,” jelasnya dalam paparan Rabu (22/10/2025).
Fath mencermati biasanya pelaku pasar akan beraksi ke arah negatif mengikuti pergerakan harga emas itu sendiri. Aksi panic selling juga bisa semakin menekan pergerakan emas.
“Bagi yang belum punya posisi di emas, bisa menunggu sampai harga emas sepenuhnya stabil dan volatilitas menurun signifikan. Bagi yang sudah punya, bisa kurangi posisi,” katanya.
Fath memproyeksikan volatilitas harga emas masih akan tinggi sampai tekanan jual mereda. Walaupun sudah mendekati musim rilis laporan keuangan, ia menilai investor masih akan lebih fokus pada pergerakan harga komoditas emas.
Menurutnya, pelaku pasar sudah mengantisipasi kenaikan kinerja para emiten emas di tengah kenaikan harga emas dunia. Ini juga sudah terjamin dari kenaikan harga saham emiten emas.
“Namun laporan keuangan tidak lagi menjadi penggerak harga saham, tetapi investor akan fokus ke pergerakan harga komoditas emas,” ucapnya.
Baca Juga: Harga Emas Terkoreksi Jelang Rilis Data Inflasi AS
Di sisi lain, Equity Research Analyst Indo Premier Sekuritas Ryan Winipta dan Reggie Parengkuan menilai pelemahan harga emas baru-baru ini merupakan peluang untuk membeli saham-saham yang proxy emas.
Ryan dan Reggie mencermati tekanan harga ini terutama disebabkan oleh pembicaraan mengenai pelonggaran tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China serta meningkatnya sentimen risk-on di pasar.
Indo Premier Sekuritas masih memproyeksikan harga emas akan tetap tangguh hingga 2026 sehingga koreksi harga emang belakang ini hanya bersifat sementara karena faktor struktural kenaikan emas belum tergantikan.
“Faktor struktural yang mendasari tren kenaikan harga emas yaitu kekhawatiran terhadap kondisi fiskal AS dan melemahnya nilai dolar AS tidak berubah,” tulisnya dalam riset yang diterima Kontan, Kamis (23/10/2025).
Sementara itu, Ryan dan Reggie menjelaskan secara global valuasi EV/Resources multiple perusahaan tambang emas meningkat dari US$ 258 per ons troi pada Desember 2024 menjadi sekitar US$ 650 per ons troi saat ini.
Rasio P/E perusahaan tambang emas global juga naik menjadi sekitar 22 kali, dari 12 kali–14 kali. Mereka menilai selama harga emas terus menguat, saham-saham emas akan tetap menarik karena valuasi saham bergerak sejalan dengan kenaikan harga emas.
Lebih lanjut, Indo Premier Sekuritas merekomendasikan beli MDKA (PT Merdeka Copper Gold Tbk) dengan target harga Rp 3.000 per saham. Ryan dan Reggie juga menyarankan beli EMAS (PT Merdeka Gold Resources Tbk) dengan target harga Rp 5.300.
Di antara saham yang belum mendapat peringkat, Indo Premier Sekuritas juga menyukai ARCI (PT Archi Indonesia Tbk) karena berdasarkan estimasinya, saham ARCI diperdagangkan sekitar valuasi 9 kali P/E untuk 2026 lebih rendah dibandingkan rekan-rekannya.
Selanjutnya: Bahlil: Indonesia-Brasil Siap Kolaborasi Kembangkan EBT Khususnya Bioetanol
Menarik Dibaca: 8 Rahasia Desainer Membuat Kamar Tidur Kecil Terasa Mewah dan Lapang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News