kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.016.000   36.000   1,82%
  • USD/IDR 16.860   -50,00   -0,30%
  • IDX 6.538   92,30   1,43%
  • KOMPAS100 939   12,04   1,30%
  • LQ45 730   8,52   1,18%
  • ISSI 209   2,52   1,22%
  • IDX30 378   3,03   0,81%
  • IDXHIDIV20 458   4,62   1,02%
  • IDX80 106   1,33   1,26%
  • IDXV30 113   1,41   1,27%
  • IDXQ30 124   0,78   0,63%

Dana Kelolaan (AUM) Reksadana Naik Tipis, Investor Beralih ke Instrumen Lebih Aman


Selasa, 22 April 2025 / 20:47 WIB
Dana Kelolaan (AUM) Reksadana Naik Tipis, Investor Beralih ke Instrumen Lebih Aman
ILUSTRASI. Ilustrasi Reksadana pendapatan tetap. KONTAN/Muradi/2015/03/09


Reporter: Melysa Anggreni | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Industri reksadana masih menunjukkan daya tarik meskipun dibayangi sentimen negatif global dan domestik.

Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), dana kelolaan atau asset under management (AUM) reksadana pada Maret 2025 tercatat sebesar Rp 781,22 triliun, naik tipis 0,10% dibandingkan bulan sebelumnya.

Namun secara kumulatif, AUM reksadana sepanjang Desember 2024 hingga Maret 2025 justru menyusut Rp 23,65 triliun atau turun 2,97% secara year to date (YTD).

Baca Juga: Reksadana Saham Kembali Pimpin Imbal Hasil Sepekan, Ini 5 Terbaiknya

Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana tercatat sebesar Rp 497 triliun, terkoreksi 0,65% ytd meskipun naik 0,74% secara bulanan.

Sementara itu, Unit Penyertaan (UP) terus mencatatkan kenaikan 1,08% YTD dan 0,33% secara bulanan menjadi 394,71 juta unit.

Ezra Nazula, Direktur Manulife Aset Manajemen Indonesia menyebutkan, kenaikan AUM secara bulanan ditopang oleh reksadana berbasis aset konservatif seperti pasar uang, obligasi, dan capital protected fund.

“Ketidakpastian global tidak menghentikan minat investasi, hanya saja investor mengalihkan preferensi ke instrumen berisiko lebih rendah,” ujar Ezra kepada Kontan.co.id, Selasa (22/4).

Ia menambahkan, volatilitas pasar saham masih tinggi karena ketidakpastian seputar kebijakan tarif Amerika Serikat (AS).

Baca Juga: Bandingkan Pajak Investasi Emas, Obligasi dan Reksadana, Mana yang Paling Murah?

Pelaku pasar masih menunggu hasil dari proses negosiasi yang tengah berjalan.

“Jika hasilnya positif, dampak negatif terhadap ekonomi global bisa ditekan dan ketidakpastian pasar akan berkurang. Ini penting, karena saham adalah aset pertumbuhan yang sensitif terhadap prospek ekonomi,” jelas Ezra.

Ke depan, Ezra tetap optimistis terhadap potensi industri reksadana. Didukung oleh pertumbuhan ekonomi domestik dan rendahnya tingkat penetrasi reksadana—baru sekitar 2% dari PDB Indonesia—peluang pertumbuhan masih besar.

Sebagai pembanding, penetrasi reksadana di Malaysia dan Thailand telah melebihi 30% dari produk domestik bruto (PDB).

Senada, Reza Fahmi Riawan, Head of Business Development Division Henan Putihrai AM menilai, prospek reksadana tetap menjanjikan ke depan.

Stabilitas ekonomi, ekspektasi penurunan suku bunga, serta optimisme terhadap pemulihan global menjadi katalis positif.

“Kenaikan AUM memang mengindikasikan adanya perbaikan. Namun, volatilitas pasar belum mereda, sehingga tekanan terhadap NAB dan penyusutan AUM masih bisa terjadi,” ujar Reza.

Baca Juga: Yield SUN Naik, Reksadana Pendapatan Tetap Masih Jadi Primadona

Ia mengimbau investor agar menerapkan diversifikasi portofolio dan strategi investasi yang bijak untuk menghadapi dinamika pasar ke depan.

Sementara itu, Arjun Ajwani, Research Analyst Infovesta Kapital Advisor menyebut reksadana pendapatan tetap masih mencatatkan kinerja unggul sejauh ini.

Potensi pemangkasan suku bunga global maupun domestik menjadi pendorong utama kinerja instrumen ini.

“Ini menjadi sentimen positif bagi obligasi. Terlebih, SBN domestik masih menawarkan real yield yang kompetitif dibanding obligasi negara lain,” ungkap Arjun kepada Kontan.co.id.

Data Infovesta Utama per 21 April 2025 mencatat, reksadana pendapatan tetap mencetak return 1,64% YTD, disusul reksadana pasar uang dengan return 1,60% YTD.

Di sisi lain, reksadana saham masih tertekan, mencatat return negatif 8,30% YTD seiring aliran dana asing keluar dari pasar modal.

Selanjutnya: Inovasi Skrining Kanker Serviks: BD dan RSK Dharmais Targetkan 8.000 Perempuan

Menarik Dibaca: Promo Bakmi GM hingga 30 April, Beli Paket Nikmat Gratis Pangsit Goreng Renyah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×