Reporter: Nadya Zahira | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana kelolaan atau Aset Under Management (AUM) reksadana tertinggi masih dikuasai manajer investasi (MI) lokal. Hal ini tercermin dari data Infovesta Utama yang menunjukkan dari 10 pengelola dana reksadana, 9 di antaranya adalah perusahaan lokal.
Berdasarkan data Infovesta Utama, per Desember 2024 AUM PT Bahana TCW Investment Management menjadi MI dengan dana kelolaan terbesar mencapai Rp 44,15 triliun. Namun, angka ini memang turun 4,47% dibandingkan dengan Desember 2023 yang mencapai Rp 46,22 triliun.
Kemudian, diikuti PT Manulife Aset Manajemen Indonesia dengan dana kelolaan mencapai Rp 43,44 triliun, PT BRI Manajemen Investasi mencapai Rp 40,04 triliun, PT Sinarmas Asset Management senilai Rp 34,26 triliun, PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen dengan dana kelolaan sebesar Rp 33,62 triliun, serta PT Trimegah Asset Management sebesar Rp 32,69 triliun.
Baca Juga: Prospeknya Lebih Baik, Berikut Reksadana yang Bakal Banyak Diburu Tahun Ini
Head of Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menuturkan, penyebab MI lokal mendominasi pengelolaan reksadana karena mereka memiliki saluran distribusi yang lebih luas. Namun, dia mengingatkan, data Infovesta hanya data pengelola reksadana, dalam mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat (AS).
Sedangkan jika dilihat secara keseluruhan, Wawan bilang, MI asing juga masih terbilang menguasai pasar karena data yang disusun Infovesta masih belum menyertakan data dana kelolaan produk penyertaan terbatas.
"Kemudian, faktor yang membuat dana kelolaan MI lokal mendominasi pengelolaan reksadana atau AUM nya tinggi, juga disebabkan oleh peningkatan jumlah investor," kata Wawan kepada Kontan, Kamis (9/1).
Kendati begitu, Wawan menuturkan bahwa total dana kelolaan per Desember 2024 turun sebesar 1,5% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang negatif.
“Kemudian, juga disebabkan oleh pergeseran dana unit link dari reksadana ke Kontrak Pengelolaan Dana (KPD), sehingga membuat dana kelolaan susut,” ungkapnya.
Di sisi lain, Wawan memproyeksi pada tahun 2025, kinerja dana kelolaan reksadana manager investasi masih akan positif. Selain itu, reksadana berbasis obligasi juga masih akan menjadi driver pertumbuhan industri reksadana.
Dana kelolaan masih tumbuh
Selaras dengan hal ini, Chartered Financial Analyst (CFA) President Director PT Trimegah Asset Management Antony Dirga menyebutkan sampai dengan Desember 2024, dana kelolaan reksadana mencapai Rp 33 trilliun. Angka ini naik sekitar 1% secara year on year (YoY).
“Kami bersyukur bahwa AUM kami masih bisa bertumbuh di tengah kondisi industri dan pasar yang sulit di tahun 2024,” kata Dirga kepada Kontan, Kamis (9/1).
Secara umum, Dirga menyebutkan bahwa dana kelolaan industri reksadana tidak bertumbuh karena kinerja pasar saham Indonesia yang volatile dan negatif di 2024. Selain itu, risk aversion dari investor instusi besar masih tinggi.
“Tapi dana keolaan Trimegah Asset masih dapat dipertahankan karena kami fokus pada produk-produk yang masih memiliki kinerja yang cukup baik di 2024,” imbuhnya.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan produk unggulan yang mengalami pertumbuhan AUM reksadana signifikan di sepanjang tahun 2024, dan menjadi kontributor AUM Trimegah Asset Managemet adalah reksadana pasar uang. Total dana kelolaannya sebesar Rp 6,5 triliun.
“Sedangkan pada tahun 2025 ini, Target Asset Management menargetkan AUM sebesar Rp 35 trilliun,” ungkapnya.
Baca Juga: Sejumlah Perusahaan Manajer Investasi Catatkan Kenaikan AUM hingga Desember 2024
Dirga juga menerangkan bahwa pada tahun 2024, Trimegah Asset Management akan terus berupaya menyediakan solusi investasi yang terbaik bagi para nasabahnya, melalui pengelolaan yang berintegritas dan mengedepankan kepentingan nasabah.
Sementara itu, PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen (BPAM) juga mencatatkan kenaikan total AUM. Di mana hingga Desember 2024, total dana kelolaannya mencapai Rp 45,055 triliun. Angka ini naik 6% jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu.
Direktur BPAM, Eri Kusnadi menerangkan, kenaikan total AUM tersebut didorong oleh pertumbuhan dari segmen institusional dan retail yang terus berimbang. Selain itu, ia mengatakan bahwa pihaknya terus menerapkan sejumlah strategi untuk megoptimalkan kinerja dua segmen tersebut.
Di mana, untuk segmen retail, BPAM terus mencoba meluncurkan produk baru. Sedangkan untuk kanal institusional masih mencoba mencari mandat baru ataupun top up dari investor yang sudah ada, dengan menyediakan solusi-solusi investasi yang sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing investor institusional perusahaan.
Adapun untuk produk unggulan yang mengalami pertumbuhan AUM reksadana signifikan di sepanjang tahun 2024, dan menjadi kontributor AUM BPAM yakni reksadana money market, dan reksadana saham baik dari dalam negeri, maupun reksadana saham dari luar negeri.
“Kemudian, pada akhir tahun 2024, BPAM juga meluncurkan reksadana syariah efek luar negeri terbaru bernama Batavia India Sharia Equity USD,” kata Eri kepada Kontan, Rabu (8/1).
Sesuai namanya, Eri bilang, reksadana ini berinvestasi pada pasar saham India yang merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi salah satu tertinggi di dunia. Reksadana ini pada tahap awal akan ditawarkan melalui APERD BCA, dan HSBC.
“Sedangkan untuk strategi dalam meningkatkan AUM di tahun 2025 ini, BPAM akan menambah fund dan penetrasi pasar,” tadasnya.
Selanjutnya: Sambut Tahun Baru 2025, IKEA Hadirkan Beragam Penawaran Seru dan Menarik
Menarik Dibaca: Harga Bitcoin Anjlok, Robert Kiyosaki Lakukan Hal Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News