Reporter: Yuliana Hema | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana dalam negeri mengalami tekanan sepanjang 2023. Ini tercermin dari penurunan Nilai Aktiva Bersih (NAB) dan Asset Under Management (AUM).
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan NAB mencapai Rp 494,56 triliun per 22 Desember 2023. Angka ini turun 2,04% dari akhir 2022 sebesar Rp 504,86 triliun.
Di periode yang sama, total dana kelolaan AUM pengelolaan investasi mencapai Rp 807,75 triliun. Jumlah itu merosot 2,39% dari posisi akhir tahun lalu di Rp 827,54 triliun.
Baca Juga: Pamor Investasi Obligasi Tetap Mekar Meski Bunga Layu
Kepala Departemen Perizinan Pasar Modal OJK Luthfy Zain Fuady menyampaikan berdasarkan hasil analis OJK penurunan kinerja NAB dan AUM ini dipengaruhi oleh beberapa hal.
Pertama, banyaknya produk reksadana yang jatuh tempo. Kedua, pengaruh dari peraturan cipta kerja yang membuat investor berpaling dari instrumen reksadana.
"Ini membuat investor lebih memilih mengelola investasinya sendiri daripada menitipkan dananya kepada manajer investasi," jelas Luthfy dalam konferensi pers, Jumat (29/12).
Terakhir, adanya pembatasan aturan dari OJK kepada manajer investasi dalam mengeluarkan produk baru. Ini membuat produk yang ditawarkan ke investor terbatas.
Baca Juga: KSEI Membidik 2,5 Juta Investor Baru
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatatkan total AUM yang tercatat di S-INVEST mencapai Rp 766 triliun per 22 Desember 2023. Ini turun 3,89% secara tahunan dari RP 797 triliun.
Sejalan dengan itu, jumlah produk investasi juga mengalami penurunan menjadi 2.253 produk. Ini lebih rendah dari akhir 2022 sebesar 2.414 produk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News