Reporter: Nadya Zahira | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana kelolaan atau asset under management (AUM) industri reksadana saat ini mulai membaik, meski sempat jatuh pada 2022. KSEI mencatat, AUM reksadana di November naik tipis ke Rp 779 triliun dari Rp 778 triliun di Oktober 2023.
Kenaikan tersebut dikontribusi oleh reksadana terproteksi yang juga naik tipis di November ini menjadi Rp 109 triliun, dari bulan sebelumnya yang hanya mencapai Rp 108 triliun. Tak hanya itu, AUM reksadana pasar uang juga naik dari bulan sebelumnya yang mencapai Rp 75 triliun menjadi Rp 76 triliun di November 2023.
Chief Executive Officer (CEO) Pinnacle Investment, Guntur Putra menilai, tren AUM reksadana yang mengalami kenaikan tipis pada bulan November 2023 ini, dapat memberikan indikasi positif terhadap pemulihan industri reksadana.
Sedangkan menurut dia, adanya peningkatan AUM pada reksadana terproteksi dan pasar uang, mencerminkan minat investor terhadap instrumen-instrumen investasi yang menawarkan perlindungan risiko dan likuiditas yang tinggi.
Baca Juga: Manajer Investasi Optimistis Dana Kelolaan Reksadana Tumbuh 15% Tahun Depan
Meski begitu, Guntur mengatakan bahwa peningkatan AUM reksadana saat ini tidak begitu signifikan terhadap industri reksadana. Namun, dia berharap industri ini bisa tembus kembali di atas Rp 550 triliun pada tahun 2024 mendatang, dengan kenaikan AUM reksadana yang diprediksi bisa mencapai 10%-15%.
"Tapi terkait tren AUM ke depannya, sentimen pertumbuhan AUM ke depannya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, kondisi ekonomi dan pasar keuangan yang lebih stabil dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk kembali mengalokasikan dana ke instrumen reksadana," ujar Guntur kepada Kontan.co.id, Kamis (21/12).
Selain itu, dia menyebutkan sentimen pertumbuhan AUM industri reksadana juga akan dipengaruhi oleh kebijakan suku bunga yang berkelanjutan dan potensi pelonggaran moneter dapat mendukung minat investor terhadap instrumen reksadana pendapatan tetap, termasuk reksadana pasar uang.
Baca Juga: Penempatan Dana Masyarakat di Perbankan dan Produk Investasi Melambat
Kendati demikian, Guntur menyarankan kepada para manajer investasi dan pelaku industri untuk selalu memperhatikan bahwa sentimen pasar selalu berfluktuasi. Selain itu, tantangan seperti ketidakpastian global atau perubahan dalam kebijakan moneter dapat mempengaruhi arah pertumbuhan AUM.
"Oleh karena itu, manajer investasi dan pelaku industri perlu terus memonitor perkembangan pasar, dan mengadaptasi strategi mereka sesuai dengan kondisi yang berkembang," kata dia.
Sementara itu, Invesment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian mengatakan, AUM reksadana ke depan diperkirakan masih akan prospektif karena didukung meredanya kekhawatiran pasar akan kenaikan suku bunga The Fed yang sudah berakhir. Selain itu ada ekspektasi yang cukup tinggi terhadap pemangkasan suku bunga di tahun depan. Sehingga mendorong kinerja kelas aset obligasi maupun saham.
"Yang pada akhirnya mendorong AUM reksadana jenis saham dan pendapatan tetap yang memiliki AUM cukup besar dari total industri reksadana," kata dia kepada Kontan.co.id, Kamis (21/12).
Lebih lanjut, dia menilai bahwa sentimen pada pertumbuhan AUM akan ditopang oleh reksadana pendapatan tetap, seiring dengan potensi pemangkasan suku bunga di tahun depan. Tren perlambatan inflasi yang terus berlangsung turut mendukung kelas aset obligasi untuk mengalami kenaikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News