Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. PT Cikarang Listrindo berpotensi meraup dana segar sekitar Rp 2,28 triliun- Rp 3,15 triliun dari aksi korporasi Penawaran Saham Perdana (Initial Public Offering/IPO).
Sebagian besar dana tersebut akan digunakan perseroan untuk modal ekspansi untuk memenuhi pertumbuhan permintaan kapasitas listrik ke depan.
Direktur Utama Cikarang Listrindo, Andrew K. Labbaika mengatakan, dana IPO tersebut tidak digunakan untuk membiayai pembangkit listrik yang tengah dalam proses saat ini.
Tapi, untuk mempersiapkan pembangunan pembangkit listrik baru ke depan untuk mengantispasi pertumbuhan permintaan kapasitas listrik.
"Kami melihat potensi pertumbuhan kapasitas listrik di lima kawasan industri yang telah dilayani saat ini masih akan sangat besar," katanya dalam paparan publik di Jakarta, Rabu (18/5).
Sementara untuk membangun satu pembangkit listrik memerlukan investasi besar dan waktu yang cukup lama sekitar empat tahun. Itu sebabnya, kata Andre, pihaknya dauah harus mempersiapkan diri dari sekarang mengantisipasi permintaan di masa mendatang.
Cikarang Listrinto akan menawarkan 1,6 miliar saham atau maksimal 10% dari modal ditempatkan dan disetor penuh dengan harga Rp 1.430-Rp 1.970 per saham. Ini lebih kecil dari rencana awal perseroan yang ingin melepas 2,55 miliar saham atau 15%.
Sebanyak 70% dana hasil perhelatan ini rencananya akan digunakan untuk menambah kapasitas pembangkit listrik, baik berbahan bakar gas dan uap atau berbahan bakar batubara. Sebanyak 30 persen sisa dana IPO akan dimanfaatkan untuk kebutuhan modal kerja perseroan.
Masa penawaran awal IPO Cikarang Listrindo ini akan dilakukan pada 16-26 Mei 2016 dan diperkirakan akan efektif pada 6 Juni. Masa penawaran umum diperkirakan akan dilakukan pada 7-8 Juni dan pencatatan di bursa saham akan digelar pada 14 Juni mendatang.
Andrew bilang, saat ini Cikarang Listrindo menjadi pemasok listrik untuk lima kawasan indutri yakni Jababeka, Lippo Cikarang, kawasan industri MM2100, EJIP dan Hyundai.
Perseroan telah memiliki dan mengoperasikan dua pembangkit listrik berbahan bakar gas. Pertama pembangkit I terletak di lahan 16 hektare (ha) berkapasitas 755 Megawatt (MW) dan kedua di lahan 12 ha dengan kapsitas 109 MW.
Perseroan juga tengah membangun pembangkit listrik berbahan bakar batubara pada lahan seluas 72 ha di Babelan, Bekasi dengan kapasitas 280 MW. Menurut Andrew, pendanaan untuk pembangkit listrik ketiga tersebut sudah aman dan tidak akan menggunakan dana IPO.
Saat ini, Cikarang Listrindo masih memiliki kapasitas yang cukup untuk ekpansi di lokasi pembangkit listrik II. Kapasitas lahan tersebut mencapai 1.000 MW, sedangkan yang sudah dimiliki perseroan baru 109 MW. Sedangkan di lokasi ketiga, lanjut Andrew, kapasitas yang bisa dikembangkan sekitar 5 x 140 MW.
Selain memasok listrik terhadap tenan-tenan di lima kawasan indutri tersebut, Cikarang Listrindo juga menjual listrik 300 MW kepada PLN yang masa kontranya berakhir pada tahun 2019 dan 2013. Adapun pelanggan perseroan di kawasan industri berasal dari beragam industri seperti otomotif, elektronik, plastik, makanan dan kimia.
Sepanjang tahun 2015, penjualan Cikarang Listrindo hanya naik 0,5% menjadi US$ 547,89 juta dari US$ 544,7 juta pada tahun sebelumnya.
Sementara laba tahun berjalannya turun 5,2% dari US$ 84,41 juta menjadi US$ 80,01 juta. Penurunan kinerja tersebut lantaran beban penjualan naikd ari US$ 359,24 juta menjaid US$ 362,44 juta serta meningkatnya beban lain-lain dari US$ 6,9 juta menjaid US$ 12,12 juta.
Adapun jumlah aset Cikarang Listrindo per akhir 2015 tercatat sebesar US$ 1,005 miliar. Liabilitasnya tercatata sebesar US$ 668,58 juta dan ekuitasnya US$ 337,13 juta.
Pada I kuartal I 2016, penjualan Cikarang listrindo mencapai US$ 135 juta, naik 0,7% dari US$ 134 juta dari periode yang sama tahun lalu. Sekitar US$ 90 juta berasald dari penjualan ke PLN dan US$ 38 juta ke kawasan industri. Laba tahun berjalan mengalami kenaikan signifikan menjadi US$ 84 juta dari US$ 19 juta.
Christanto Pranata, Direktur keuangan Cikarang Listrindo mengatakan kenaikan tersebut lantaran perseroan diuntungkan dari kebijakan menteri keuangan terkait revaluasi aset. "Kita optimis tahun ini bisa mencatat kinerja yang lebih positif," katanya.
Kepala Riset MNC Securities, Edwin Sebayang belum bisa memberikan rekomendasi terkait rencana IPO Cikarang Listrindo. Dia juga belum menghitung apakah harga yang ditargetkan perseroan tersebut sudah wajar atau terlalu mahal.
Edwin hanya mencermati empat hal dari rencana IPO tersebut. Pertama, daya serap di pasar saham menurutnya belum terlalu bagus. Lalu dari sisi bisnis s Cikarang Listrindo lebih cocok untuk investor jangka panjang sehingga lebih menarik bagi investor institusi.
Ketiga, pertumbuhan kinerja perusahaan tersebut rendah dan keempat ada kapasitas iddle perseroan sekitar 900 MW yang tidak terpakai. "Mengapa bertahun-tahun ada iddle kapasitas 900 MW. Apa karena gas mahal atau tenan kurang?" jelas Edwin.
Edwin mengaku belum bisa menghitung nilai wajar saham IPO Cikarang Listrindo karena belum ada pembandingnya. Saat ini menurutnya, investor masih menunggu saham IPO dari Waskita Beton yang dinilai memiliki prospek lebih cerah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News