kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Dana asing diproyeksikan deras masuk ke Asia Pasifik termasuk Indonesia daripada AS


Senin, 22 Maret 2021 / 21:19 WIB
Dana asing diproyeksikan deras masuk ke Asia Pasifik termasuk Indonesia daripada AS
ILUSTRASI. Pialang saham mengamati pergerakan saham di MNC Sekuritas Jakarta, Kamis (1/10).Dana asing diproyeksikan deras masuk ke Asia Pasifik termasuk ., daripada AS


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Para pengelola investasi global (hedge fund) tertarik pada potensi pertumbuhan ekonomi kawasan Asia-Pasifik. Dana investasi asing diproyeksikan lebih banyak mengalir ke China, termasuk juga Indonesia, daripada Amerika Serikat (AS). 

Mengutip Bloomberg, Senin (22/3), Credit Suisse Group AG melakukan survei kepada lebih dari 200 investor institusi dengan aset senilai US$ 812 miliar. Dari survei tersebut menunjukkan Asia Pasifik adalah kawasan yang paling mereka incar.

Net buy atawa permintaan bersih di Asia Pasifik mencapai 55%. Tingkat minat tersebut jadi yang tertinggi lebih dari satu dekade. Sebagai perbandingan, net buy di pasar keuangan AS hanya mencapai 20%. 

Dikatakan juga dalam survei bahwa investor di seluruh dunia mencoba mencari cara untuk mendapatkan keuntungan dari pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Pasifik. Terlihat pula total aset yang dikelola hedge fund di Asia Pasifik naik 20% di sepanjang tahun lalu menjadi US$ 155,6 miliar.  

Baca Juga: Pekan ketiga Maret 2021, arus modal asing masuk Rp 3,81 triliun

Aliran dana asing yang masuk di kawasan Asia Pasifik turut didukung sentimen lonjakan stimulus moneter dan fiskal di AS dan Eropa. Dampaknya, beberapa investor cenderung memarkirkan dana investasi lebih banyak di Asia dan mengurangi investasi di pasar AS. 

Research Analyst Capital Asset Management, Desmon Silitonga, juga setuju pasar Asia lebih menarik dari pasar AS karena memiliki potensi pertumbuhan yang juga menarik dibanding kawasan lain. Namun, Desmon memproyeksikan pertumbuhan ekonomi antar negara di kawasan Asia-Pasifik akan beragam, ada yang tumbuh dan tidak. 

Pertumbuhan ekonomi tentu saja saat ini tetap bergantung pada keberhasilan suatu negara menangani pandemi Covid-19 melalui distribusi vaksin. Alhasil, Desmon memperkirakan arus dana investasi akan masuk ke negara yang berhasil mendistribusikan vaksin paling banyak. 

Baca Juga: Peningkatan imbal hasil obligasi AS dan volatilitas pasar obligasi membebani rupiah

Untungnya, Desmon optimistis Indonesia akan masuk sebagai negara yang berhasil mendistribusikan vaksin dengan lancar. Alhasil, target pertumbuhan ekonomi 4,5%-5% di tahun ini diharapkan akan tercapai dan sekaligus bisa menarik kepercayaan diri investor asing untuk masuk ke pasar keuangan Indonesia.

Senada, Head of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana, mengatakan, pasar keuangan Indonesia, khususnya pasar obligasi masih menarik bagi investor asing. Walaupun saat ini pasar obligasi terkoreksi dengan yield Surat Utang Negara (SUN) acuan yang bergerak naik ke 6,7%, Wawan optimistis yield berpotensi menurun ke 6%. 

Dengan Indonesia yang juga masih mengeluarkan stimulus dan tingkat suku bunga yang rendah, tingkat wajar yield obligasi seharusnya berada di sekitar 5,5%. Wawan juga menilai distribusi vaksin di Indonesia lancar dan menambah katalis positif bagi percepatan pertumbuhan ekonomi. 

Baca Juga: Ancang-ancang Taper Tantrum, Jebakan Banjir Likuiditas dari Amerika

Wawan juga optimistis pasar saham Indonesia akan tetap menarik di mata investor asing. Saham Indonesia menarik karena memiliki return of investment yang tinggi. 

Namun, Desmon mengatakan risiko aliran dana asing bisa keluar dari Indonesia maupun kawasan Asia-Pasifik, jika terjadi taper tantrum.

"Ekspektasi pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia itu menarik tetapi di sisi lain taper tantrum AS harus diwaspadai," kata Desmon. Akan menjadi pukulan berat bila terjadi taper tantrum di saat ekonomi belum pulih secara optimal, sementara pasar sudah bergejolak.

Selanjutnya: Risiko menurun, credit default swap (CDS) Indonesia berangsur turun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×