kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

CPO, Nikel, Hingga Emas Bullish, Intip Rekomendasi Saham Berbasis Komoditas


Kamis, 24 Februari 2022 / 14:54 WIB
CPO, Nikel, Hingga Emas Bullish, Intip Rekomendasi Saham Berbasis Komoditas
ILUSTRASI. Harga sejumlah komoditas turut menguat sepanjang tahun ini.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga sejumlah komoditas turut menguat sepanjang tahun ini. Salah satunya yakni minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). Salah satu faktor yang turut melambungkan harga CPO adalah ketersediaan minyak nabati substitusi CPO seperti minyak bunga matahari dan minyak kedelai (soybean oil).

Analis BRI Danareksa Sekuritas Andreas Kenny menyebut, United States Department of Agriculture (USDA) merevisi  turun produksi kedelai di Amerika Selatan sekitar 8 juta ton karena adanya fenomena La nina. Akibatnya, harga soybean dan soybean oil mendekati level tertingginya sepanjang masa alias all time high.

“Namun CPO tetap premium karena produksi Malaysia masih negatif cukup dalam. Indonesia juga kemungkinan akan cenderung datar (flattish) tahun ini atau bahkan sedikit berkurang,” terang Andreas kepada Kontan.co.id, Rabu (23/2).

Baca Juga: Ini Kata Ekonom Terkait Kelangkaan Hingga Masalah Rantai Distribusi Minyak Goreng

Analis Panin Sekuritas Timothy Wijaya menyebut, soybean oil, La nina, dan harga pupuk merupakan tiga faktor yang turut menjadi pemicu dari tingginya harga CPO saat ini. La nina yang terjadi sejak Oktober 2021 hingga saat ini membawa perubahan cuaca ekstrem di Indonesia dan Malaysia.

Fenomena ini bermuara pada peningkatan curah hujan yang mengakibatkan kebanjiran pada sejumlah area perkebunan Malaysia. Selebihnya, harga soybean oil juga turut meningkat seiring dengan cuaca yang lebih kering, menyebabkan musim panen yang lebih rendah dari ekspektasi di Amerika Selatan.

Selain itu, meningkatnya harga pupuk urea dan NPK sepanjang tahun 2021 juga turut menekan margin petani sawit yang menurunkan insentif untuk melakukan pemupukan dan penanaman kembali di tahun 2022.

Baca Juga: Wow! Laba bersih Indo Tambangraya (ITMG) Melesat 1.104% Sepanjang 2021

Selain CPO, komoditas lain yang harganya melaju tinggi adalah emas. Harga komoditas logam mulia ini cukup bullish belakangan ini. Pada Rabu (23/2) harga emas menyentuh level tertingginya di level US$ 1.907 per oz.

Timothy menyebut, menguatnya harga emas disebabkan karena adanya potensi konflik Rusia, ditambah tingkat inflasi global yang masih sangat tinggi.

Inflasi Amerika Serikat (AS) di bulan Januari 2022 menyentuh 7,5%. “Sehingga itu menjadi concern juga dimana orang kembali membeli emas untuk melawan inflasi,” terang Timothy, Selasa (22/2).

Baca Juga: Rusia-Ukraina Panas, Harga Komoditas Mendidih

Hanya saja memang secara jangka panjang prospek harga emas tahun ini kemungkinan akan sedikit terkoreksi. Seiring dengan tapering yang sedang dilakukan, dan juga rencana peningkatan suku bunga di AS, seharusnya harga emas bisa terkoreksi kembali.

Sentimen positif bagi emas kemungkinan datang dari adanya peningkatan minat investor retail untuk membeli emas. Karena saat ini banyak investor yang sudah mulai beralih ke aset yang lebih aman, melihat pasar saham yang telah terkoreksi cukup banyak di global.

Selain emas, komoditas lain yang cukup bullish adalah nikel. Harga nikel yang terus meningkat dinilai Timothy disebabkan adanya kekhawatiran perang antara Rusia dan Ukraina, dimana Rusia merupakan salah satu produsen nikel yang cukup besar. Ditambah, saat ini memang stok nikel global memang terus menurun.

Baca Juga: Harga Nikel Tertinggi Dalam 10 Tahun, Begini Kata Vale Indonesia (INCO)

Rekomendasi saham

Di sektor logam, Timothy menyematkan rekomendasi beli untuk  saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dengan target harga masing-masing Rp 3.300, Rp 6.100, dan Rp 4.100.

Di sektor perkebunan, Timothy menyematkan rating netral. Ini didorong oleh ekspektasi positif terhadap proyeksi rerata harga CPO di level MYR 5.000 per metrik ton untuk tahun 2022 yang masih relatif tinggi, namun akan terkoreksi dari harga saat ini.

Koreksi tersebut disebabkan oleh potensi meningkatnya kembali stok CPO Malaysia. Adapula potensi peningkatan permintaan soybean oil seiring dengan spread antara kedua minyak yang semakin kecil.

Namun ada pula faktor yang bisa menjadi pendorong harga CPO, seperti peningkatan penggunaan biodiesel domestik dan gangguan cuaca maupun harga pupuk yang tinggi.

Baca Juga: Harga Emas dan Nikel Cetak Rekor Tertinggi, Ini Pendorongnya

Panin Sekuritas menjadikan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) sebagai pilihan utama atau top picks, dengan rekomendasi beli dan target harga di Rp 11.500.

Timothy menilai, penerapan kebijakan domestic market obligation (DMO) sebesar 20% tidak akan terlalu berdampak terhadap AALI. Hal ini melihat rasio penjualan domestiknya yang mayoritas berasal dari dalam negeri dengan porsi lebih dari 50% dari pendapatan. Namun, kebijakan domestic price obligation (DPO) akan cukup berdampak bagi AALI.

Di sisi lain, meningkatnya harga CPO global akibat dari kebijakan ini dapat mengimbangi sebagian dari pendapatan AALI melalui  harga jual rerata atau average selling price (ASP) yang lebih tinggi di pasar internasional.

Baca Juga: Rusia Mulai Aksi Militer di Ukraina, Indeks Saham Sedunia Rontok, Dolar Menguat

Sementara itu, Andreas masih merekomendasikan saham AALI dengan target harga Rp 19.000, saham PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) dengan target harga Rp 2.000, saham PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) dengan target harga Rp 2.000, dan saham PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) dengan target harga Rp 1.000. Namun, Andreas berencana merevisi naik target harga ini.

Sebelumnya, Andreas menilai AALI  menjadi emiten yang diuntungkan dengan pemangkasan pajak impor CPO oleh India. Ini karena India merupakan salah satu destinasi ekspor anak usaha PT Astra International Tbk (ASII) tersebut. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×